TEMPO.CO, Jakarta - CEO Batik Air Ahmad Lutfi mengatakan perusahaannya tengah mencari cara untuk menambal kerugian akibat ditutupnya seluruh penerbangan ke Cina. Salah satunya dengan mengalihkan rute penerbangan dari Negeri Tirai Bambu ke destinasi yang lebih potensial di dalam negeri.
"Kami akan alihkan ke rute domestik. Rencananya untuk menambah frekuensi ke Jawa, Sumatera, Kalimantan," katanya di Terminal 1A, Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Kamis, 6 Februari 2020.
Lutfi mengatakan manajemen tengah menyiapkan pengalihan rute. Menurut dia, pengalihan tersebut tak dapat langsung dieksekusi lantaran kebijakan penutupan penerbangan bersifat mendadak.
Saat ini, Batik Air tercatat memiliki lima pesawat yang terbang ke lima kota di Cina, termasuk Kota Wuhan. Dengan penutupan rute, armada-armada milik Lion Air Group itu dikandangkan untuk sementara.
"Saat ini hanya menjalani perawatan pesawat," ujarnya.
Dengan begitu, Lutfi mengakui potensi kerugian yang dialami perusahaannya bukan hanya bersumber dari pengurangan jumlah penumpang. Namun juga biaya perawatan terhadap lima maskapai yang tidak beroperasi.
Managing Director Lion Air Group Daniel Putut sebelumnya menyatakan, secara keseluruhan, terdapat pembatalan 30 frekuensi penerbangan per pekan ke Cina. Ia kemudian meminta manajemen segera mengambil tindakan.
"Kami akan dorong (pengalihan penerbangan ke) rute-rute yang eksisting di dalam negeri. Kami kan saat ini memiliki penerbangan ke 140 kota di Indonesia, jadi maksimalkan itu dulu," tuturnya.
Meski begitu, tak menutup kemungkinan manajemen berpeluang membuka rute baru. Daniel memastikan kemungkinan itu akan dirapatkan bersama regulator, yakni Kementerian Perhubungan, dalam waktu dekat.
Kementerian Perhubungan sebelumnya telah mengambil kebijakan untuk menutup sementara penerbangan dari dan ke Cina. Kebijakan ini berlaku mulai 3 Februari hari pkl 00.00 WIB sampai batas waktu yang belum ditentukan.
Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi mewabahnya virus corona. Di sisi lain, kebijakan itu sejalan dengan langkah Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO yang menaikkan status darurat virus corona di Cina.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA