TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut ketidakpastian global yang terjadi pada 2019 dan berlanjut hingga hari ini berkaitan dengan kebijakan buatan lelaki. Ia pun menyebutkan berbagai persoalan yang terjadi, mulai dari keluarnya Inggris dari Uni Eropa alias Brexit, perang dagang Amerika Serikat dan Cina, hingga unjuk rasa di Hong Kong, di buat oleh laki-laki.
"Hampir seluruhnya related to men made. Dalam artian, the men made the problems," ujar Sri Mulyani di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu, 5 Februari 2020. Menurut dia masalah itu juga timbul lantaran kurangnya perempuan yang berpartisipasi dalam mengambil kebijakan alias perkara kurangnya representasi perempuan.
Belakangan Inggris telah resmi keluar dari Uni Eropa pada 31 Januari 2020. Keluarnya Inggris dari perkumpulan negara di Eropa itu dipimpin oleh Perdana Menteri Inggris asal Partai Konservatif, Boris Johnson. Adapun perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina dipicu oleh kebijakan protektif Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang direspon oleh Cina di bawah Presiden Xi Jinping.
Ketidakpastian global itu pun kemudian mengantarkan pertumbuhan ekonomi global pada 2019 mencapai titik yang lemah. Karena itu pada periode tahun lalu cukup banyak negara di dunia yang menyiapkan kebijakan untuk menghadapi perlemahan ekonomi global dan memperbaiki perekonomian domestik atau regional.
Dalam satu dekade terakhir pun, Sri Mulyani mengatakan banyak negara yang seperti kehabisan amunisi dan kekurangan strategi dalam menghadapi pelemahan ekonomi global. Imbasnya, terjadi gejolak pada pasar global. "Ini mengkhawatirkan."
Di sisi lain, Sri Mulyani mengatakan kisah Indonesia justru adalah anomali dari gambaran perekonomian global. Sebab, pertumbuhan ekonomi Tanah Air pun tercatat stabil di kisaran 5 persen. Adapun faktor pendorong pertumbuhan itu secara historis adalah konsumsi domestik.