TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pariwisata Wishnutama Kusubandio memperkirakan merebaknya Virus Corona bakal memukul industri pariwisata, khususnya akibat adanya travel warning dan menurunkan kunjungan wisatawan asing dari Cina. Dari hitungannya, kerugian devisa dari akumulasi total kunjungan wisatawan mancanegara Cina mencapai US$ 4 miliar atau Rp 54,8 triliun (dalam kurs Rp 13.722 per dolar AS).
Ia juga memprediksi dampak ini akan meluas pada kunjungan wisatawan asing dari negara-negara lain yang turut ditemukan kasus infeksi Virus Corona. Oleh karena itu, Wishnutama akan merevisi target perolehan devisa dari sektor pariwisata pada 2020 menyusul meluasnya virus tersebut.
Kondisi ini disesuaikan dengan menurunnya tingkat kunjungan wisatawan asing alias wisman dari Cina setelah penerbangan dari dan menuju Negeri Tirai Bambu ditutup. "Ini sangat sulit. Meski wabah corona berlangsung tiga sampai empat bulan, dampaknya akan berkepanjangan tujuh hingga delapan bulan," tutur Wisnhutama saat dihubungi Tempo pada Rabu, 5 Februari 2020.
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, porsi kontribusi kunjungan wisatawan mancanegara Cina tergolong paling tinggi setelah Malaysia. Kunjungan wisatawan mancanegara Cina ke Indonesia setiap tahun diperkirakan mencapai 2 juta dengan total belanja US$ 1.400 per kunjungan atau sekitar Rp 19,2 juta.
Lebih jauh, Wishnutama mensinyalir angka pencapaian devisa di sektor yang ditanganinya untuk tahun ini bakal terpuruk dari rencana. Bahkan, ia memperkirakan pencapaian devisa pada 2020 lebih rendah dari realisasi devisa 2019.
Sebelumnya, target perolehan devisa dari sektor pariwisata direncanakan mencapai US$ 21 miliar pada 2020. Angka itu lebih besar US$ 1 miliar dari realisasi 2019 sebesar US$ 20 miliar atau Rp 275 triliun.
Untuk menambal kerugian akibat anjloknya kunjungan wisatawan asing itu, Kementerian Pariwisata akan menggairahkan pergerakan turis domestik. Pihaknya bersama Kementerian Perhubungan dan sejumlah operator penerbangan memungkinkan menambah frekuensi perjalanan maskapai ke rute-rute favorit.
"Kami juga sudah bicara dengan Garuda Indonesia untuk mencari potensi membuka jalur baru atau menambah frekuensi baru di dalam negeri karena maskapai mereka banyak tidak terpakai," ucap Wishnutama.
Kementerian Perhubungan sebelumnya telah mengambil kebijakan untuk menutup sementara penerbangan dari dan ke Cina. Kebijakan ini berlaku mulai 3 Februari hari pkl 00.00 WIB sampai batas waktu yang belum ditentukan.
Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi mewabahnya Virus Corona. Di sisi lain, kebijakan itu sejalan dengan langkah Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO yang menaikkan status darurat Virus Corona di Cina.