TEMPO.CO, Jakarta - Sentimen wabah Virus Corona diperkirakan bakal masih menahan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG selama sepekan ke depan. "Melihat tekanan indeks global akibat wabah virus korona yang menyebar dengan cepat, IHSG sangat mungkin turun kembali pada pekan ini," ujar Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee, Ahad, 2 Februari 2020.
Dalam hitungannya, Hans memprediksi IHSG bakal tertekan di bawah level 6.000. "Virus Corona akan menjadi berita utama yang diperkirakan akan memukul pertumbuhan ekonomi global dan Cina. Tetapi kami berharap ada rebound IHSG akibat IHSG berada di support 5.939," ucapnya.
Seperti diketahui berita utama pekan lalu di pasar keuangan dunia dan Indonesia masih seputar Virus Corona. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan epidemi Virus Corona sebagai darurat global.
Pasalnya wabah virus tersebut sudah mengakibatkan 200 orang lebih meninggal dunia dan menginfeksi hampir 10.000 orang. Kecepatan penyebaran virus menjadi perhatian.
Pasar dunia sempat pulih di tengah pekan setelah WHO mengumumkan darurat kesehatan global akibat Virus Corona. WHO tidak merekomendasikan pembatasan perjalanan ke Cina dan menyampaikan Cina memiliki situasi yang terkendali.
Hal tersebut menimbukan optimisme bahwa perekonomian China dan global tidak akan terlalu terganggu akibat Virus Corona. Di belahan dunia lain, langkah penanggulangan sudah dilakukan di AS di mana Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat telah memerintahkan karantina semua orang yang dipulangkan dari Cina ke sebuah pangkalan udara di California.
Pelemahan bursa Wall Street sedikit tertahan juga karena Direktur CDC Robert Redfield menyatakan dampak risiko virus corona terhadap publik AS tergolong rendah. "Kami perkirakan dampak Virus Corona akan lebih besar dibanding wabah SARS sebelumnya yang menewaskan 800 orang di tahun 2002 sampai 2003," ucap Redfield.
Waktu itu, menurut dia, penanggulangan wabah SARS membutuhkan dana kurang lebih US$ 33 miliar. "Situasi saat ini berbeda karena Cina punya perekonomian yang sangat besar, maka kemungkinan butuh dana yang lebih besar dan akan mengganggu ekonomi dunia," kata Hans Kwee.
BISNIS