TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memperkirakan kinerja ekonomi Indonesia terus membaik pada 2020 dan semakin tinggi dalam jangka menengah. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi 5,1-5,5 persen ditopang bauran kebijakan yang ditempuh BI dan pemerintah.
"Sementara itu, defisit transaksi berjalan akan terkendali dalam kisaran 2,5 persen -3,0 persen Produk Domestik Bruto dengan surplus transaksi modal dan finansial yang tetap besar sehingga mendukung stabilitas nilai tukar rupiah," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Laporan Akuntabilitas Awal Tahun 2020, Jumat, 31 Januari 2020.
Selama 2019, rupiah mencatat apresiasi sebesar 3,58 persen secara point-to-point. Penguatan rupiah didukung oleh aliran masuk modal asing yang tetap berlanjut dan bekerjanya mekanisme permintaan dan pasokan valas dari para pelaku usaha.
Sejalan dengan itu, kata Perry, inflasi tetap akan terjaga dalam kisaran sasaran yang ditetapkan lebih rendah, yakni 3,0+1 persen. Stabilitas sistem keuangan juga akan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang membaik.
Dalam jangka menengah, kata Perry, perbaikan ekonomi Indonesia akan meningkat lebih tinggi didukung oleh implementasi reformasi struktural yang konsisten dan terarah.
"Sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas perekonomian ke depan," ujarnya.
Pada 2024, BI memperkirakan ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,5-6,1 persen dengan defisit transaksi berjalan menurun menjadi 2,3-2,8 persen PDB. Dan, kata Perry, inflasi tetap terjaga rendah dalam kisaran 2,0-4,0 persen.
Inflasi pada 2019 tercatat 2,72 persen (yoy), lebih rendah dari inflasi tahun sebelumnya. Semua komponen inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tetap rendah. Terkendalinya inflasi inti ditopang oleh ekspektasi inflasi yang terjaga seiring dengan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas harga, permintaan agregat yang terkelola, nilai tukar yang bergerak stabil, dan pengaruh harga global yang minimal.
HENDARTYO HANGGI