TEMPO.CO, Jakarta - Setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan status wabah virus corona sebagai darurat global, harga minyak terus anjlok hingga ke level terendah dalam tiga bulan terakhir. Padahal, saat ini pasar tengah menanti pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak April 2020 di bursa ICE ditutup di level US$58,29 per barel atau anjlok 2,5 persen pada perdagangan Kamis 30 Januari 2020. Angka itu menjadi level terendah sejak 8 Oktober 2019 lalu.
Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch mengatakan, sentimen yang membuat harga minyak runtuh adalah penyebaran virus corona. Jumlah kasus wabah ini terus bertambah dan dikhawatirkan berubah menjadi epidemi.
“Sampai tren kesehatan ini berbalik melemah, tren penurunan tajam minyak seperti ini tidak mungkin berhenti,” ujar Jim seperti dikutip dari Reuters, Jumat 31 Januari 2020.
Adapun WHO telah menyatakan bahwa wabah virus corona di Cina menjadi keadaan darurat dan patut menjadi perhatian internasional. Saat ini, sudah 170 orang yang dinyatakan meninggal dunia akibat wabah virus corona yang telah menjangkiti lebih dari 6.000 orang ini. Jumlah ini melebihi saat epidemi Syndrome Respiratory Syndrome (SARS) terjadi pada 2002-2003.
Konsultan Petromatrix Olivier Jakob mengatakan, satu-satunya hal yang dapat mengubah tren merah harga minyak saat ini adalah pertemuan darurat OPEC dan sekutunya. Pertemuan itu perlu membahas kemungkinan pemangkasan produksi lebih lanjut guna menyelamatkan harga minyak dari penurunan yang lebih tajam.