Tempo.Co, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi akan mendampingi Presiden Joko Widodo atau Jokowi meninjau Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) alias Bandara Kulonprogo hari ini, Jumat, 31 Januari 2020. Peninjauan itu merupakan rangkaian dari kunjungan kerja Presiden ke Yogyakarta.
"Pak Menhub (Budi Karya) akan bertolak mendampingi Pak Jokowi," kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan Hengki Angkasawan, Jumat, 31 Januari 2020.
Bandara YIA tengah disiapkan beroperasi penuh pada 29 Maret 2020. Dengan pengoperasian 100 persen itu, seluruh penerbangan dari Bandara Adisutjipto akan dialihkan seluruhnya ke Bandara YIA.
Adapun penerbangan dari Bandara Adisutjipto hanya akan melayani penerbangan pesawat propeler atau baling-baling untuk perjalanan berjadwal dan tidak berjadwal. Selain itu, bandara lama ini juga hanya akan menampung penerbangan VIP menggunakan jet pribadi.
PT Angkasa Pura I (Persero) selaku operator bandara sebelumnya telah memastikan kesiapannya dalam proses alih rute tersebut. Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi menyatakan bahwa layanan intermoda yang menghubungkan YIA dan beberapa kota di sekitarnya akan ditambah seiring dengan pengoperasian bandara secara penuh.
"Kami sudah siapkan intermoda walau kereta bandara belum selesai. Saat ini yang sudah siap adalah Damri, taksi, dan angkutan swasta," ujarnya.
Menurut Faik, AP I telah mencocokkan jumlah penumpang dengan kapasitas angkut armada yang akan memberikan layanan. Ia memastikan seluruh penumpang dapat terangkut, baik menuju kota-kota sekitar YIA maupun ke Kota Yogyakarta.
Adapun ihwal proses pengalihan rute yang melibatkan verifikasi maskapai, pihaknya mengakui sedang menjalin komunikasi dengan masing-masing perusahaan penerbangan. "Ini sedang dikomunikasikan," tuturnya.
Pengalihan rute bandara ini, kata dia, tidak akan dilakukan secara bertahap. Prosesnya akan berlangsung secara bersama-sama.
Menurut Faik, proses pemindahan operasional penerbangan ke YIA mendesak dilakukan lantaran Bandara Adisutjipto saat ini sudah tak mampu menampung beban penambahan frekuensi penerbangan. "Sudah terlalu crowded," ucapnya.