TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour (Persero) Iswandi Said mengatakani membahas ihwal pembentukan holding ekosistem wisata bersama dengan perseroan terkait. Ia menuturkan, rencana besar ini bisa segera diselesaikan kajiannya pertengahan tahun 2020.
"Sampai Juni tahun ini selesai kajiannya, tinggal diputuskan oleh Kementerian (BUMN)," kata dia di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis, 30 Januari 2020.
Ia mengatakan, terkait rencana pembentukan holding ekosistem wisata adalah sepenuhnya berada di tangan
pemegang saham mayoritas, dalam hal ini Kementerian BUMN. Begitu pula dengan penunjukkan induk yang harus melalui keputusan Menteri BUMN Erick Thohir.
"Tentu itu saya serahkan kepada Kementerian BUMN selaku pemegang saham, siapa yang akan jadi leadernya. Saya sendiri akan fokus bagaimana HIN bisa menjalankan perannya dalam grup konsolidasi tersebut," kata Iswandi.
Lanjut Iswandi, HIN nantinya akan meningkatkan pelayanan dan hospitality dalam memajukan grup konsolidasi tersebut. Namun dia mengakui kalau saat ini HIN adalah satu-satunya BUMN yang fokus mengelola perhotelan.
"Kalau ini sudah ramai-ramai kita lakukan, saya rasa Kementerian BUMN punya pertimbangan siapa yang layak. Kalau selama ini bicaranya dikembalikan ke core (bisnis), corenya ya ada di HIN, kita berharap corenya di HIN," imbuhnya.
Ada 106 perseroan yang mempunyai bisnis hotel dengan berbagai macam kondisi sehingga kedepannya akan dilakukan pembentukan holding ekosistem wisata. Iswandi mengatakan, ada tujuh BUMN yang menjadi project management office (PMO) yaitu PT Hotel Indonesia Natour (Persero), PT Patra Jasa, PT Pertamina (Persero), PT PT Pegadaian (Persero), PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Angkasa Pura I, PT PP (Persero) Tbk.
"Jadi tujuh ini ditunjuk untuk jadi PMO mencarikan konsep-konsep peralihan atau konsolidasi ini yg terbaik ini gimana," tuturnya.
Ke depannya, HIN akan terus meningkatkan pelayanan untuk pelanggan. Meski demikian, Iswandi tidak menyebutkan bahwa perusahaan akan melakukan diversifikasi ke dalam bisnis lain yang di luar intinya.
"Kalau bangun condomium, kita tidak berniat beralih ke situ. Tapi kita lebih mendukung pada pelayanan dan SDMnya. Jadi kita bisa masuk ke rumah sakit, tapi dalam hospitality, kalau untuk bangun rumah sakitnya, enggak," ujarnya.