TEMPO.CO, Jakarta - Rencana penggabungan perusahaan pelat merah atau holding sektor sarana dan prasarana perhubungan udara akan diperluas hingga mencakup sektor pariwisata. Direktur PT Angkasa Pura II (persero) Muhammd Awaluddin, mengatakan tujuan pembentukan holding dipertebal dengan target pengembangan destinasi wisata prioritas.
"Wisata kan sudah menjadi core ekonomi kita, sekalian saja holding ini diintegrasikan dengan ekosistem pariwisata kita," ucapnya kepada Tempo, kemarin.
PT Angkasa Pura II merupakan salah satu entitas yang direncanakan bergabung dalam holding penerbangan. Calon anggota lainnya adalah PT Angkasa Pura I (persero), Maskapai Garuda Indonesia, PT Pelita Air Service, Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan alias AirNav Indonesia, serta PT Survai Udara Penas (persero) yang sempat ditunjuk sebagai perusahaan induk.
Holding yang dicetuskan Kementerian Badan Usaha Milik Negara pada masa kepemimpinan Rini Soemarno itu dianggap bisa memangkas beban bisnis BUMN, mulai dari persoalan infrastruktur, regulasi, koneksi pasar, hingga standar pelayanan. Digaungkan ke publik awal tahun lalu, rencana itu diperkuat kajian oleh konsultan PricewaterhouseCoopers (PwC) Indonesia.
Proyeksi PwC saat itu menunjukkan bahwa integrarsi usaha sento udara ini bisa mengerek pendapatan seluruh anggotanya, hingga total Rp 23,7 triliun dalam lima tahun. Namun, pembentukannya terhenti padahal sempat ditargetkan rampung usai Lebaran 2019.
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, belum ingin berkomentar terkait rencana holding pariwisata. Saat ini, pemerintah pun mewacanakan sejumlah pembentukan holding, seperti di sektor kepelabuhanan, serta jasa rumah sakit. "Enggak, belum itu," kata Arya di gedung Dewan Perwakilan Rakyat, kemarin.
Awaluddin, yang mengikuti pembahasan perdana holding ekosistem wisata, mengatakan kajian lama holding aviasi tengah dikembangkan ulang dan ditargetkan kelar sebelum 2020. "Karena ada potensi baru yang dihitung," kata dia. "Member holding juga bertambah, bisa jadi terkait transportasi darat dan kereta."
Salah satu calon anggota utama holding baru ini, menurut dia, adalah PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Indonesia Tourism Development Corporation/ITDC) yang mengelola banyak aset wisata lokal.
Direktur Utama PT ITDC, Abdulbar Mansoer, mengaku ikut dalam pertemuan untuk menjajaki pembentukan holding tersebut. "Tapi baru ikut rapat permulaan saja, masih undangan awal. Tidak tepat kalau saya menjelaskan, pemerintah saja," katanya kepada Tempo.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiapura, pun mengaku sudah mendengar rencana baru Kementerian BUMN itu. "Memang diinformasikan, tapi saya belum ikut pembahasannya."
Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura I, Handy Heryudhitiawan, mengatakan entitasnya sangat menyambut pengembangan konsep holding aviasi itu. "Malah memberi nilai tambah. Kami mengelola tiga dari lima bandara di pariwisata super prioritas."
FRANSISCA CHRISTY ROSANA | YOHANES PASKALIS PAE DALE