Tempo.Co, Jakarta - Direktur Utama PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau Asabri Sonny Widjaja akan memanggil beberapa manajer investasi terkait aset perusahaan yang melorot. Sonny mengatakan manajer investasi mesti bertanggung jawab atas kinerja yang kurang mumpuni.
"Kami akan panggil manajer investasi yang performanya kurang bagus, bagaimana pertanggungjawaban mereka. Kami panggil sehingga kinerja mereka terpacu," ujar Sonny dalam rapat dengar pendapat di Komisi XI DPR, Jakarta, Rabu, 28 Januari 2020.
Sonny tak merinci pihak manajer investasi yang dimaksud. Ia juga tak menjelaskan waktu pasti pemanggilan terhadap manajer investasi itu dilakukan.
Dalam paparannya kepada legislator, ia hanya menjelaskan aset total perusahaan selama 2019 merosot menjadi Rp 30,8 triliun dari total Rp 47,5 triliun pada 2018.
Adapun total aset iuran pensiun atau AIP sepanjang 2019 tercatat melorot sekitar Rp 8,8 triliun. Nilai aset AIP itu semula Rp 19,4 triliun pada 2018, sedangkan pada 2019 menjadi Rp 10,6 triliun.
Sonny menjelaskan, aset perusahaan tersungkur setelah terjadi penurunan nilai saham dan reksadana yang cukup tajam. Saham tempat Asabri menanamkan modal anjlok dari Rp 400-500 menjadi Rp 50.
Berdasarkan keterbukaan sistem informasi, terdapat 14 saham yang masuk ke dalam portofolio Asabri. Namun Asabri memilih untuk melepas seluruh investasinya di PT Pool Advista Finance Tbk. (POOL) pada Desember 2019.
Akibatnya saham POOL terjun paling dalam di antara portofolio Asabri lainnya dengan penurunan 96,93 persen sepanjang 2019. Bahkan, saham tersebut disuspensi hingga kini sejak 30 Desember 2019, dengan level harga penutupan Rp 156.
Dengan kondisi ini, Sonny mengklaim Asabri telah menyiapkan mitigasi untuk memulihkan kondisi perseroan. Ia juga memastikan saat ini operasional berjalan dengan baik. Sonny juga menjelaskan telah melakukan pemetaan terhadap aset yang bermasalah dan mengubah gaya investasi dari risk profile aggresive ke moderat.
Pendapatan perseroan dari hasil investasi sebenarnya telah melorot sejak 2016. Pada periode itu, audit Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK telah menyoroti besarnya penempatan dana Asabri pada portofolio saham dan reksa dana berisiko tinggi yang berpotensi merugikan entitas.
Dugaan investasi buntung ini pertama kali diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md. Mahfud bahkan menduga ada tindak rasuah dengan persamaan modus dalam kasus Asabri dan korupsi PT Asuransi Jiwasraya atau Jiwasraya.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | MAJALAH TEMPO