TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa makin meluasnya penyebaran Virus Corona berpotensi membuat harga minyak dunia turun. "Virus Corona sebarannya kan dilihat," kata Airlangga di Kompleks Istana Negara, Jakarta, Selasa, 28 Januari 2020.
Penurunan harga minyak dunia ini, kata Airlangga, otomatis bisa berdampak kepada penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. "Penurunan harga minyak selalu berdampak kepada ekonomi Indonesia, antara lain tentu kaitannya dengan impor BBM dan harga BBM," ucapnya.
Selama beberapa hari terakhir harga minyak mentah dunia kian jeblok seiring kekhawatiran atas dampak penyebaran Virus Corona terhadap permintaan untuk komoditas emas hitam tersebut.
Data Bloomberg menunjukkan, pada perdagangan kemarin, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Maret 2020 anjlok 2,33 persen atau 1,26 poin ke level US$ 52,93 per barel pada pukul 10.38 WIB. Sejalan dengan WTI, harga minyak mentah acuan global Brent untuk pengiriman Maret 2020 terpantau merosot 1,29 poin atau 2,13 persen ke level US$ 59,4 per barel.
Dengan begitu, harga minyak WTI dan Brent terpantau terus tertekan untuk hari kelima beruntun sejak perdagangan Selasa pekan lalu. Pada perdagangan Jumat lalu, keduanya berakhir terjerembab lebih dari 2 persen masing-masing.
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi Cina turun di bawah 6 persen dengan merebaknya Virus Corona di Negeri Tirai Bambu tersebut. Munculnya virus tersebut diperkirakan memperburuk pertumbuhan ekonomi yang saat ini sudah menurun.
"Corona virus ini akan memengaruhi semua elemen di Cina. Kalau lihat SARS dulu, ini akan terkadi dalam satu kuartal dan akan memengaruhi kuartal satu dan dua di Cina," ujar Sri Mulyani dalam rapat bersama Dewan Perwakilan Rakyat di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa, 28 Januari 2020.
Menurut Sri Mulyani, Virus Corona menimbulkan pesimisme yang menggulung perekonomian pada Januari ini. Virus yang menyebabkan gangguan pernafasan itu, menurutnya, membuat Cina kehilangan momentum untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi.
"Dengan adanya Virus Corona dan kebijakan locked down, maka seluruh potensi pertumbuhan Cina dari faktor domestik tidak terealisasi, kehilangan momentum sama sekali," tutur Sri Mulyani.
BISNIS