TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar mata uang Cina, Yuan, anjlok di level terlemahnya selama sebulan terakhir. Pelemahan Yuan hari ini terjadi seiring dengan merosotnya daya tarik aset-aset berisiko akibat terbebani kekhawatiran mengenai dampak virus corona.
Berdasarkan data Reuters, Selasa 28 Januari 2020, nilai tukar Yuan offshore menyentuh level 6,9813 per dolar AS. Ini adalah level terlemahnya sejak 30 Desember 2019. Bursa saham global dan harga minyak yang telah lebih dulu terjungkal dalam beberapa waktu terakhir ikut menambah tekanan pada ekonomi Cina yang sudah melemah.
Selain Yuan, dolar Australia dan Selandia Baru juga diperdagangkan mendekati level terlemahnya dalam tiga bulan. Baik Australia maupun Selandia Baru diketahui memiliki hubungan perdagangan yang ekstensif dengan Cina.
Yen, yang dipandang sebagai aset investasi aman (safe haven), diperdagangkan mendekati level terkuatnya dalam tiga pekan terhadap dolar AS menyusul jumlah korban tewas yang terus bertambah akibat virus corona di Cina.
Otoritas China telah meningkatkan upaya untuk membatasi penyebaran virus corona dengan memberlakukan larangan perjalanan dan mobilitas warga serta mengunci akses sejumlah kota di provinsi Hubei tengah, tempat virus ini bermula. “Kita masih belum tahu skala penuh dari wabah ini, yang bukan hanya masalah kesehatan masyarakat tetapi juga masalah ekonomi,” ujar Minori Uchida, kepala riset pasar global di MUFG Bank, Tokyo.
Sejauh ini, virus corona jenis baru itu telah menyebar ke lebih dari 10 negara dan belum ada laporan korban jiwa di luar Cina. Di Cina sendiri, jumlah korban jiwa per Selasa telah bertambah menjadi 100 korban jiwa, dengan lebih dari 2.700 kasus terinfeksi.
BISNIS