TEMPO.CO, Makassar - Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Sulawesi Selatan Andy Anwar menyebutkan pihaknya gencar melakukan sosialisasi guna menjaga kepercayaan masyarakat terhadap produk asuransi yang menurun akibat kasus Jiwasraya.
Andy Anwar di Makassar, Sabtu, 25 Januari 2020, mengakui kasus Jiwasraya memberikan dampak meski tidak signifikan terhadap pertumbuhan bisnis asuransi di Sulawesi Selatan. "Tentunya rekan pelaku bisnis asuransi terus melakukan sosialisasi dan memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa memilih asuransi itu harus jeli melihat produk yang ditawarkan," katanya.
Pada 8 Januari 2020 lalu, Badan Pemeriksa Keuangan memperkirakan PT Asuransi Jiwasraya menanggung kerugian lebih dari Rp 10 triliun lantaran berinvestasi pada saham dan reksa dana yang berkualitas rendah. Pada investasi saham misalnya, analisis penjualan dan pembelian saham diduga dilakukan secara pro forma dan tidak didasari data yang valid dan obyektif. Di samping, aktivitas jual beli saham dilakukan dalam waktu berdekatan diduga untuk menghindari pencatatan unrealized gross.
Andy menjelaskan, sikap jeli dan kritis masyarakat begitu penting untuk menghindari penipuan.
Selain itu, kata dia, masyarakat harus mengetahui apakah itu sesuai dengan kebutuhan mereka atau sesuai konsep asuransi yang benar. "Jadi itu yang kita sosialisasikan terus menerus guna menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bisnis asuransi," katanya.
AAJI Sulawesi Selatan juga fokus menjelaskan perbedaan asuransi pada umumnya dengan Jiwasraya.
Produk asuransi yang itu menjual berupa premi atau pertanggungan, sebaliknya yang ditawarkan Jiwasraya itu adalah berbasis tabungan pasti atau guaranted return sebesar 9-13 per tahun yang pada awalnya memang begitu menarik namun akhirnya sulit diwujudkan.
ANTARA