TEMPO.CO, Jakarta - Nama pengisi posisi Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk akan diumumkan hari ini, Rabu, 22 Januari 2020, dalam rapat umum pemegang saham luar biasa atau RUPSLB. Pengamat penerbangan sekaligus anggota Ombudsman RI, Alvin Lie, mengatakan bos baru di perusahaan pelat merah ini memiliki sejumlah pekerjaan rumah.
Salah satu PR yang ia sebutkan adalah perlunya perbaikan kinerja keuangan. Menurut Alvin, untuk membenahi kondisi entitas dari sisi finansial, manajemen mesti meningkatkan pendapatan dari sisi operasional penerbangan untuk rute internasional.
"Rute penerbangan internasional belum banyak digarap," ujar Alvin saat dihubungi pada Senin petang, 21 Januari 2020.
Padahal, kata Alvin, penerbangan untuk rute internasional ini berpotensi menambah masukan bagi perusahaan dari sisi dolar. Adapun ia menilai, Garuda Indonesia saat ini baru memaksimalkan pendapatan dari penjualan tiket penerbangan untuk rute domestik.
Berdasarkan data yang dihimpun Tempo dari laman Garuda Indonesia, perseroan tersebut telah membuka rute penerbangan internasional sebanyak 36 destinasi. Dalam penerbangan ke luar negeri, Garuda Indonesia telah menjangkau pasar Eropa, Asia, Timur Tengah, Australia, dan Amerika.
Jumlah destinasi internasional yang disediakan maskapai pelat merah ini hanya berselisih tak seberapa dengan rute domestik. Dalam data yang sama, Garuda Indonesia kini menerbangi 40 rute dalam negeri.
Selain memaksimalkan revenue atau pendapatan dari pengoperasian pesawat di rute penerbangan internasional, Alvin memandang Garuda Indonesia perlu melakukan pembaruan terhadap aset alat produksi perseroan. Ia menyebut, manajemen perlu menimbang peremajaan armada-armada lama berjenis Boieng 737 yang saat ini usianya telah memasuki 8-10 tahun.
"Ini sudah waktunya ditinjau kembali, apakah tetap akan digunakan atau diganti yang baru yang lebih efisien," ujarnya.
Dalam laporan keuangan restatement Garuda Indonesia 2018, perusahaan mencatatkan net loss atau kerugian bersih sebesar US$ 175,028 juta atau Rp 2,45 triliun dengan asumsi nilai tukar Rp 14 ribu. Laporan ini berubah dari ekspose sebelumnya yang menyatakan bahwa perusahaan itu mengalami laba sebesar US$ 5,018 juta atau RP 70,25 miliar.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA