TEMPO.CO, Jakarta - Pencurian minyak atau illegal tapping yang semakin canggih telah merugikan sejumlah kontraktor kerja sama migas dengan nilai besar.
Presiden Direktur PT Chevron Pacific Indonesia Albert Simanjutak, misalnya, melaporkan total kerugian akibat pencurian minyak sepanjang tahun 2019 mencapai Rp 23 miliar. "Perhitungan kasar untuk memperbaiki pipa yang dibolongin. Ada beberapa ilegal tapping yang menyebabkan minyak tumpah," katanya dalam rapat dengar pendapat di Komisi VII DPR, Jakarta, Senin, 20 Januari 2020.
Sedikitnya sepanjang tahun 2019, kata dia, ada 72 kejadian ilegal tapping dan 55 berhasil dilakukan intervensi. Modus yang dilakukan dalam ilegal tapping semakin canggih saat ini.
Albert mencontohkan salah satu kasus pada 2019 pelaku membangun terowongan sepanjang 100 meter yang susah mendeteksinya. Terowongan itu dibangun melalui pengeboran dari dalam rumah penduduk yang sudah dibeli.
Menghadapi hal itu, kata Albert, perseroan bekerja sama dengan Kepolisan Daerah Riau dan kini menggodok kerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. "Polisi punya kemampuan mendeteksi itu. Kemudian untuk memperkuat, polisi akan bersama Mabes TNI AD," ujarnya.
Chevron telah mengoperasikan Blok Rokan lebih dari 50 tahun. Selama itu perusahaan telah menemukan 100 lebih lapangan minyak dan gas dan tengah mengoperasikan 89 lapangan migas. Kontrak Chevron di Blok Rokan akan berakhir pada 8 Agustus 2021 dan sebagai gantinya, Pertamina akan mengelola blok migas tersebut.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan illegal drilling terjadi di sejumlah area operasi perseroan. Praktik ilegal tersebut dilakukan oleh oknum warga yang menempati tanah di sekitar area operasi.
Nanang menjelaskan, secara koordinat, lokasi yang ditempati warga tersebut merupakan wilayah kerja Pertamina EP. "Mereka anggap sama saja dengan ngebor air. Migas bertekanan, kalau ada percikan bisa terjadi blow out. Beberapa kali ada kecelakaan kerja sampai ada yang terbakar. Kami beberapa kali diskusi, tetapi sampai sekarang belum tuntas," katanya.
BISNIS