TEMPO.CO, Jakarta - Riset Colliers Asia menyebutkan volume investasi properti di beberapa kota besar di Asia mengalami penurunan pada kuartal IV tahun 2019. Sepanjang Januari – September 2019 investasi properti turun 13 persen.
Meski begitu, penurunan itu tercatat sangat baik jika dibandingkan dengan sepanjang sembilan bulan pertama 2019 dan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disampaikan Executive Director of Research di Colliers Asia, Andrew Haskins, melalui laporan tertulis yang dikutip, Jumat, 17 Januari 2020.
Haskins menjelaskan, aset properti di sektor perkantoran di Singapura dan Tokyo membawa pangsa paling besar di investasi properti secara keseluruhan di Asia. Kemudian, pertumbuhan permintaan di ruang kantor juga ikut mendorong tren positif pada sektor hotel, ritel, dan sektor lainnya.
Perkantoran di Tokyo, kata Haskins, masih menawarkan nilai yang sangat baik untuk kelas aset besar di pasar investasi. "Ke depan, dengan meredanya tekanan perang dagang, suku bunga yang rendah, dan naiknya minat pasar negara berkembang pada kelas aset properti, bisa membawa volume investasi di Asia naik sampai 7 persen mencapai US$ 129 miliar pada 2020,” kata Haskins.
Untuk sektor properti kawasan industri, Colliers memprediksi investasi di sektor tersebut bakal mendapat return yang lebih tinggi. Di Cina misalnya, kinerja sektor properti kawasan industrinya masih sangat kuat.
"Namun, pemain di sektor tersebut seperti dari e-commerce dan end user mulai berpindah ke pasar di kota-kota tingkat dua. Jadi, investor dan pengembang perlu mengikuti tren ini,” ungkap Haskins.
Selanjutnya, Colliers Asia menilai kawasan industri di Korea Selatan juga masih menarik, terutama di wilayah Seoul. Sementara itu, aset kawasan industri di Hong Kong juga ternyata masih menarik bagi yang ingin melakukan konversi.
“Di wilayah lain seperti India, kami merekomendasikan pengembang untuk terus melakukan ekspansi di sektor kawasan industri dengan berkolaborasi bersama perusahaan atau pemerintah yang sudah memiliki land bank,” kata Haskins.
BISNIS