TEMPO.CO, Jakarta - Redanya perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat ternyata belum memberikan angin segar buat pabrikan pesawat Boeing.Co. Sebab, bukannya terbuka lebar, pasar Boeing di Cina justru telah digerus pesaingnya dari Prancis, Airbus.
Dalam perjanjian dagang fase pertama, Cina sebenarnya diwajibkan membeli pesawat dari AS dengan nilai mencapai US$200 miliar.
Sejak tahun lalu, China Aviation Supplies Holding Co. telah melakukan pembicaraan serius dengan Airbus terkait pengadaan pesawat untuk maskapai berbendera Cina dalam lima tahun ke depan. Salah satu sumber Bloomberg, Jumat 17 Januari 2020, mengungkapkan pembicaraan dengan Airbus ini terjadi ketika hubungan dagang Cina dengan AS memanas tahun lalu.
Boeing memperkirakan pasar Cina membutuhkan sebanyak 8.000 pesawat dalam dua dekade mendatang. Dengan perkembangan ini, Boeing telah tertinggal jauh dari Airbus yang telah masuk ke pasar Cina terlebih dahulu.
CEO Boeing Dave Calhoun sendiri tetap optimistis bahwa Boeing akan terus memiliki hubungan yang baik dengan Cina. Sayangnya, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, yang merupakan perencana ekonomi utama Tiongkok, dan China Aviation Supplies Holding Co. tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Begitupun Airbus, produsen pesawat yang berbasis di Prancis tersebut menolak berkomentar terkait pernyataan ini. Perang dagang telah menghambat kapitalisasi Boeing untuk mendongkrak permintaan di Cina. Padahal, potensi pengadaan pesawat dan layanan di bandara Cina mencapai US$2,9 triliun.
Saat ini Cina berencana membeli beberapa unit pesawat senilai US$35 miliar ke Airbus. Sejak kasus jatuhnya Boeing 737 MAX, pengadaan pesawat di Cina kini harus disetujui oleh regulator sebelum dieksekusi oleh China Aviation Supplies.
BISNIS