TEMPO.CO, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas pada tahun ini akan agresif menjual gas alam cair (LNG) produksi domestik sekaligus menjaga tingkat produksinya. Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief Setiawan Handoko pun berharap pengurangan produksi gas (curtailment) tidak terulang pada tahun ini.
Salah satu dampak curtailment pada 2019 adalah kinerja produksi siap jual (lifting) tercatat hanya 5.934 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau di bawah target APBN sebesar 7.000 MMSCFD. “Upayakan menghindari curtailment dan diupayakan jual sesegera mungkin,” kata Arief, Senin, 13 Januari 2020. Seperti diketahui, tekanan harga LNG dunia menyebabkan produsen LNG nasional mengurangi produksinya.
Sepanjang tahun 2019, SKK Migas memasarkan 229,1 standar kargo LNG yang tersebar dengan rincian 168,6 kargo ke pasar ekspor dan 60,5 kargo ke pasar domestik. Adapun pasokan LNG berasal dari kilang Bontang sebanyak 111,7 kargo dan kilang Tangguh sebanyak 117,4 kargo.
Sementara itu, pada tahun ini SKK Migas menargetkan produksi LNG sebanyak 211,9 standar kargo, yakni dari Kilang Tangguh 122,3 standar kargo dan Bontang 89,6 standar kargo. Target produksi LNG ini lebih rendah dari realisasi produksi ataupun target tahun lalu.
Sebelumnya, target produksi LNG 2019 mencapai 252 standar kargo yang berasal dari Kilang Tangguh sebanyak 120 standar kargo dan Kilang Bontang 132 standar kargo. Arief menambahkan seluruh volume produksi LNG yang telah direncanakan telah terkontrak atau tidak ada sisa kargo (uncommitted cargo).
Namun potensi tambahan produksi yang terbuka menyebabkan adanya uncommitted cargo. “Kira-kira ada 5 kargo (uncommitted) yang datang dari produksi Mahakam yang lebih banyak. Hanya saja, hitungan ini belum masuk dalam rencana kerja,” kata Arief. Selain pemasaran LNG, SKK Migas juga mendorong penyaluran gas pipa dapat sesuai kontrak.
BISNIS