Tempo.Co, Jakarta - Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Efek Indonesia Laksono Widodo mengatakan saham gorengan memang memiliki sentimen yang negatif terhadap pasar. Namun, menurut dia, hal itu tidak berpengaruh pada minat investor asing untuk masuk ke BEI.
"Apakah berpengaruh pada minat investor asing ke Indonesia? Saya rasa tidak," kata Laksono di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat, 10 Januari 2020.
Dia mengatakan pangsa pasar saham-saham gorengan berbeda dengan pangsa pasar investor asing. Menurutnya, investor asing biasanya fokus pada saham besar di IDX 80, LQ45, dan IDX 30.
"Jadi merurut saya market totally different. Mereka memang nanya, apa sih yang ribut-ribut? Lemudian broker menjelaskan. tapi apakah menimbulkan dampak langsung pada demand mereka, tidak," ujarnya.
Dia menjelaskan keputusan investor asing lebih dipengaruhi oleh kejadian yang berkembang belakangan ini, baik dari dalam negeri, maupun global.
"Dunia lagi risk off karena ada ketegangan di belahan semenanjung Arab situ, antara Iran dengan Amerika Serikat, mereka (investor asing) juga sensitif pada berita ekonomi Indonesia dan kadang berita politik," kata dia.
Adapun Laksono mengatakan Bursa Efek Indonesia mengidentifikasi ada 41 saham gorengan selama 2019. Menurut dia, secara komulatif nilainya tidak besar dibanding keseluruhan rata-rata nilai transaksi harian atau RNTH.
"Ini mungkin perlu dicatat juga walaupun saham-saham ini yang kami identifikasi tidak sesuai antara performa harga saham dengan fundamentalnya alias saham gorengan, kontribusi mereka terhadap volume memang besar, tapi secara trade value itu kecil cuma 8,3 persen komulatif di 2019, tida banyak," kata Laksono.
Dia mengatakan rata-rata nilai transaksi harian selama 2019 sebesar Rp 9,1 triliun. Jika dibagi 8,3 persen dari nilai RNTH, value saham gorengan tersebut senilai sekitar Rp 755,3 miliar.