TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, ada tiga penyebab dari penguatan nilai tukar rupiah pada Jumat, 10 Januari 2020. Hari ini kurs rupiah terhadap dolar AS bergerak di bawah level 13.800.
Alasan pertama menurut Perry adalah membaiknya fundamental perekonomian Indonesia. "Kami sampaikan nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan. Alhamdilillah hari ini di bawah Rp 13.800 bahkan Rp 13.750," ujarnya di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat, 10 Januari 2020.
Ia menjelaskan, bahwa fundamental ekonomi Indonesia yang lebih baik ini tercermin dari perkiraan pertumbuhan ekonomi yang akan diperkirakan berada di kisaran 5,1-5,5 persen. Lalu tingkat inflasi Indonesia terjaga pada kisaran 3 persen dan defisit transaksi berjalan (CAD) berada di 2,5-3 persen dari PDB.
"Cadangan devisa juga lebih tinggi. Penguatan rupiah konsisten dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang membaik," katanya.
Alasan kedua, menurut Perry, adalah karena bekerjanya mekanisme pasar dengan baik. Suplai dan pasokan dari valas atau mata uang asing itu memang lebih tinggi dari sisi permintaan.
"Pasokannya dari mana, tentu saja dari para eksportir yang menjual devisanya, dan juga dari aliran modal asing masuk. Khusus dari yang kedua sumber ini, lebih dari mencukupi permintaan permintaan valas, devisa dari para importir maupun kebutuhan," ungkap Perry.
Selanjutnya faktor ketiga adalah efek dari kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah serta Bank Indonesia yang berkomitmen menjaga stabilitas dari nilai tukar rupiah secara mekanisme pasar dan fundamental.
"Dan ini sudah kami buktikan tidak hanya di 2019, tapi juga 2018 saat rupiah bergerak stabil sesuai fundamental dan mekanisme pasar," kata Perry.
Perry menuturkan, pihaknya akan terus menjaga kestabilan penguatan rupiah sejalan dengan fundamental dan mekanisme pasar.