TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif angkat suara terkait konflik Iran vs Amerika Serikat yang berpotensi mengerek harga minyak dalam negeri. Meski terjadi konflik di Timur Tengah, kata Arifin, saat ini harga minyak dunia justru sudah turun.
“Sudah reda lagi, Brent sudah turun, jadi mudah-mudahan tidak ada eskalasi,” kata Arifin saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Kamis, 8 Januari 2020.
Sebelumnya, harga minyak dunia memang sempat meroket pada awal pekan, saat Iran mencabut kesepakatan nuklir. Senin, 6 Januari 2020, harga minyak Brent untuk kontrak Maret 2020 misalnya, melonjak 2,14 persen ke level US$ 70,07 per barel.
Dari laporan harga di laman Reuters pada hari ini, Kamis, harga minyak Brent sebenarnya mengalami kenaikan tipis 0,67 persen ke angka US$ 65,88 per barel. Namun, harga ini telah mengalami tren penurunan sejak 1 Januari 2020 yang mencapai US$ 68,72 per barel.
Arifin mengatakan, risiko terbesar dari kenaikan harga minyak internasional adalah pada neraca pembayaran Indonesia. Untuk itu, langkah mitigasi dilakukan dengan efisiensi penggunaan minyak di dalam negeri. “Karena ini bisa kami antisipasi,” kata dia.
Salah satu upaya dilakukan pemerintah adalah dengan meminimalisir penyimpangan dalam penyaluran BBM di dalam negeri. Salah satunya hari ini, di mana Kementerian ESDM menggandeng Polri dan Kementerian Dalam Negeri untuk mengawasi penyaluran minyak. “Polri juga sudah bentuk Satgas Kuda Laut untuk mengawasi,” kata Arifin.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas, Kementerian ESDM, Djoko Siswanto juga tak terlalu mengkhawatirkan meroketnya harga minyak akibat arus logistik ke Indonesia terganggu. Sebab, kata dia, pasokan minyak ke Indonesia pun selama ini tidak hanya datang dari negara yang berkonflik, tapi juga dari Afrika hingga Rusia. “Jadi dari sana sudah mencukupi (untuk stok BBM dalam negeri),” kata dia.