TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi akan menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman atau MoU kesepakatan kerja sama investasi antara Uni Emirate Arab dan Indonesia di Abu Dhabi pada 13 Januari 2020. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan Jokowi akan berangkat menuju UEA pada 11 Januari 2020.
"Ini adalah kunjungan Presiden Jokowi pertama (ke luar negeri) di 2020. Tujuannya, melakukan pertemuan bilateral. Pertemuan akan ada di Abu Dhabi dan Dubai," ujarnya di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Selasa petang, 7 Januari 2020.
UEA rencananya akan menggelontorkan modal ke Indonesia dengan total proyek senilai US$ 18,8 miliar atau Rp 163 triliun. Nilai ini lebih rendah ketimbang yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya.
Kemarin, Luhut menyatakan UEA akan mengucurkan dana US$ 20 miliar. Adapun Luhut menjelaskan, investasi UEA ke Indonesia akan digelontorkan untuk belasan proyek di pelbagai sektor.
"Namun prioritasnya untuk sektor energi," kata Luhut di kantornya, Selasa petang.
Luhut menerangkan, empat proyek di sektor energi akan didanai dengan modal dari UEA senilai US$ 16 miliar. Investasi itu akan dipakai untuk membangun dua kilang minyak yang akan digarap PT Pertamina (Persero).
Pertama, Pertamina akan menggarap Kilang Minyak Balongan. Dalam proyek ini, perseroan telah menggandeng perusahaan minyak asal UEA, Abu Dhabi National Oil Company atau Adnoc. Kedua, Pertamina akan mengerjakan proyek Kilang Minyak Balikpapan bersama
Mubadalah.
Di proyek ketiga, investasi UEA akan digelontorkan kepada PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau PLTS Terapung atau Floating PV Power Plant di Waduk Cirata, Jawa Barat. PLN menggandeng Masdar, perusahaan energi dari UEA, untuk menggarap proyek ini.
PLTS Cirata rencananya akan dibangun dengan total kapasitas mencapai 145 megawatt. Pembangunannya akan dilakukan secara bertahap mulai 2021.
Sebelum memulai konstruksi, PLN akan melakukan financial close selama satu tahun, yakni sepanjang 2020. Pada tahap pertama PLTS dibangun, PLN dan Masdar bakal mengembangkan pembangkit berkapasitas 50 megawatt.
Kemudian, untuk proyek keempat, investasi dari UEA akan digelontorkan kepada Inalum. Inalum nantinya akan menjalin kerja sama dengan perusahaan Enterprice Global Alumunium.
Pada tahap awal, UEA baru akan mengucurkan ekuitas atau dana segar senilai US$ 3,9 miliar. Sedangkan sisanya merupakan total komitmen proyek yang akan dijalankan UEA bersama Indonesia.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA