TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Barata Indonesia Fajar Harry Sampurno mengatakan Menteri BUMN Erick Thohir menargetkan klaster industri manufaktur selesai pada 2020.
"Menteri BUMN menugaskan enam perusahaan untuk membentuk klaster industri manufaktur," ujar Direktur Utama PT Barata Indonesia, Fajar Harry Sampurno di Jakarta, Selasa, 7 Januari 2020.
Fajar mengatakan keenam perusahaan yang akan membentuk klaster industri manufaktur tersebut terdiri dari Barata, Boma Bisma Indra (BBI), Dok Perkapalan Surabaya (DPS), Dok Kodja Bahari (DKB), Industri Kereta Api (Inka), dan Industri Kapal Indonesia (IKI) dengan Barata sebagai koordinatornya.
"Produksinya macam-macam seperti kapal, turbin, alat-alat berat, pokoknya berkaitan dengan industri produsen alat-alat berat," katanya.
Menurut Fajar, pembentukan klaster itu juga sekaligus untuk melakukan penyehatan dan melakukan konsolidasi.
Dengan demikian keenam perusahaan ini saling sinergi dalam produksi-produksi seperti pembuatan kapal laut, pemeliharaan, mendukung Pertamina untuk percepatan pembangunan kilang, lalu pembangkit untuk PLN.
"Tahapannya kita mengonsolidasikan operasi terlebih dahulu, pemeliharaan, kemudian kita juga mendukung Pertamina untuk percepatan pembangunan kilang, pembangunan pembangkit untuk PLN," ujar Fajar Harry.
Dia juga menambahkan bahwa yang ingin dicapai dari pembentukan klaster ini adalah skala bisnis, efisiensi, pertukaran tenaga kerja, lalu mempercepat rantai teknologi.
Erick Thohir, menurut Dirut Barata itu, menargetkan pembentukan klaster industri manufaktur tersebut dapat rampung pada tahun ini. "Bentuknya mungkin holding, rencana sebelumnya bernama NSHI cuma sekarang dalam surat keputusannya Menteri berganti namanya menjadi klaster industri manufaktur mengingat PT PAL ikut klaster industri pertahanan," ujar Fajar Harry.
ANTARA