TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia optimistis, laju inflasi pada 2020 masih akan tetap berada pada kisaran 2- 4 persen. Banjir se-Jabodetabek pekan ini diyakini tidak akan membuat laju inflasi untuk volatile foods melesat.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, berkaca dari 2019, pertumbuhan konsumsi relatif terjaga. Meskipun pada awal 2020 ada kejutan berupa bencana banjir yang menerjang hampir seluruh wilayah Jabodetabek, kapasitas produksi nasional masih bisa mencukupi. Oleh sebab itu, target inflasi 3 persen dan pertumbuhan 5,3 persen tahun ini masih memungkinkan tercapai.
“Berkaitan dengan bahan pangan, banjir, cuaca, musiman, Ramadan nanti, memang lebih banyak terkait inflasi harga komoditas pangan atau volatile foods. Nah, di sinilah kenapa TPID dan TPI berperan penting melakukan pengendalian inflasi di volatile food,” kata Perry kepada Bisnis Indonesia, Jumat 4 3 Januari 2020.
Menurut Perry, selama ini kinerja Tim Pemantau Inflasi dan Tim Pemantau Inflasi Daerah cukup baik. Pemerintah juga sudah mempersiapkan ketersediaan pasokan menghadapi musim tertentu. “Misalnya beras, dalam bulan panen akan tercukupi selama ini pemerintah sudah biasanya memenuhi dari impor,” kata dia.
Perry pun menjamin bahwa Bank Indonesia sudah memonitor, memantau, menakar hingga mengantisipasi semua potensi kenaikan inflasi di luar volatile foods. Apalagi dengan naiknya tarif BPJS Kesehatan, dan menyusul kenaikan tarif dasar listrik hingga cukai rokok. Hal ini dikarenakan opsi kebijakan moneter tidak merespons langsung dampak tersebut. Perry menggarisbawahi, pentingnya antisipasi jika kenaikan harga pangan sejak banjir atau musim hujan selesai Maret 2020, masih berlanjut sampai Ramadan.
Sementara itu, Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto menyatakan Badan Pusat Statistik sudah mengumumkan bahwa pada 2019, inflasi Desember hanya 0,34 persen (mtm). Ryan menilai angka ini cukup mengejutkan sehingga pemerintah perlu memperhatikannya sebagai tanda-tanda perlambatan ekonomi.
Dia menilai, perlu ada kepastian bahwa inflasi yang rendah tidak disebabkan oleh pelemahan daya beli. “Jangan sampai muncul persepsi, rendahnya inflasi 2019 karena melemahnya perekonomian," kata Ryan.
BISNIS