Kendati demikian, panasnya tensi di Timur Tengah juga akan menjadi perhatian pasar pekan depan. Naiknya harga minyak di akhir pekan ini akibat serangan udara AS ke milisi Irak yang di dukung oleh pemerintah Iran. Serangan udara AS dikabarkan menewaskan Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani, kepala Pasukan elit Quds, dan komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis.
Isu lain yang diperhatikan adalah masalah Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan Uni Eropa mungkin perlu memperpanjang batas waktu untuk pembicaraan tentang hubungan perdagangan baru dengan Inggris. Hans melihat pelaku pasar memantau kemampuan Inggris untuk mencapai kesepakatan perdagangan baru dengan Uni Eropa dalam rentang waktu yang relatif singkat.
Dari domestik, angka inflasi yang dirilis pada awal tahun 2020 menunjukan inflasi Desember 2019 hanya 0,34 persen. Selain itu inflasi tahun ke tahun hanya 2,72 persen, di bawah inflasi tahun 2017 yang sebesar 3,61 persen dan tahun 2018 yang seesarb 3,13 persen. "Rendahnya angka inflasi di satu sisi memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk melanjutkan penurunan suku bunga apalagi bila angka pertumbuhan terus mengecewakan," tutur Hans.
Berbeda dengan Hans, Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai IHSG bisa saja terkoreksi temporer paling buruk ke angka 6.250. Hal tersebut sangat bergantung kepada ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat.