TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia Rhenald Kasali merespons viralnya sertifikat penghargaan terhadap Jiwasraya yang mencantumkan tanda tangannya. Penghargaan tersebut diberikan Majalah BUMN Track pada 21 November 2018, di mana Rhenald menjadi Ketua Dewan Juri.
"Ada yang ingin membangun logika seakan-akan fraud terjadi karena sertifikat yang dikeluarkan majalah BUMN Track itu, ini benar-benar keterlaluan dan pembodohan," kata Rhenald dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, 31 Desember 2019.
Kemarin, Senin, 30 Desember 2019, Tempo telah mengkonfirmasi penghargaan Product Development Terbaik yang diterima Jiwasraya tersebut. Saat itu, kata Rhenald, dewan juri berpatokan pada laporan keuangan audited Jiwasraya tahun 2017 yang mencatatkan keuntungan Rp 2,4 triliun.
Selain itu, dewan juri melihat produk yang diluncurkan Jiwasraya sangat bagus dan tentunya telah diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Produk yang dimaksud termasuk JS Saving Plan, yang kini dianggap sumber gagal bayar atau default di Jiwasraya sebesar Rp 12,4 triliun.
Rhenald menambahkan, di tahun yang sama, Jiwasraya juga menerima banyak penghargaan mulai dari majalah SWA, Menkominfo, Markplus, majalah Investor, WartaEkonomi dan sejumlah media dan pihak asuransi. Penandatangan sertifikatnya juga beragam, mulai dari mantan Menkominfo Rudiantara, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, Hermawan Kartajaya, pemimpin redaksi Infobank Eko B Supriyo dan sejumlah CEO perusahaan asuransi.
Rhenald menjelaskan bahwa fraud di perusahaan asuransi itu terjadi secara terselubung pada sisi investasi. Sedangkan penghargaan diberikan terkait proses pembuatan produk di antara sesama BUMN dan anak cucunya. "Lalu apa hubungannya?" tanya Rhenald.
Untuk menangkap pelaku kejahatan, kata dia, tak bisa dilakukan “asal bicara.” Tapi butuh bukti-bukti yang kuat siapa saja pihak yang telah menimbulkan unsur kerugian negara. “Bantulah negara membuat persoalannya jelas, jangan malah dibuat kusut. Dan karang-karang angka sendiri," ujarnya.
Sehingga, kata Rhenald, daripada membiarkan pelaku fraud melarikan diri, lebih baik fokus pada seluk beluk permainan si pelaku. Menurut dia, kasus Jiwasraya adalah upaya sistematis yang penuh trik. Padahal lembaga pengawasnya banyak dan diaudit kantor akutansi internasional yang biayanya puluhan miliar rupiah.
FAJAR PEBRIANTO