TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. menjadi topik hangat dibicarakan publik di sepanjang tahun 2019 ini. Tak tanggung-tanggung, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir akhirnya turun tangan dan memutuskan untuk merombak seluruh jajaran direksi perusahaan pelat merah tersebut.
Langkah tersebut diambil Erick setelah adanya kasus kargo gelap Harley Davidson dan sepeda mewah Brompton yang melibatkan direksi Garuda, termasuk bekas Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Dhanadiputra alias Ari Askhara. Kasus tersebut kini masih ditangani oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan.
"Saat ini masih tahapan penyidikan oleh Bea Cukai," ujar Direktur Jenderal Bea Cukai Heru Pambudi di Kantor Kementerian Keuangan, Senin, 23 Desember 2019. Ari dan empat direksi lain yang diduga terlibat kasus kini telah diberhentikan dari posisinya.
Empat direksi tersebut antara lain Direktur Kargo dan Pengembangan Usaha Mohammad Iqbal, Direktur Operasi Bambang Adisurya Angkasa, Direktur Human Capital Heri Akhyar, serta Direktur Teknik dan Layanan Iwan Joeniarto.
Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir bersama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan dan Anggota DPRRI Komisi XI menunjukkan kepada awak media onderdil dan suku cadang motor Harley Davidson serta sepeda Brompton ilegal yang diselundupkan di pesawat baru milik Maskapai Garuda Indonesia berjenis Airbus A330-900 NEO di Jakarta, Kamis 5 Desember 2019. Tempo/Tony Hartawan
Penyelundupan motor gede dan sepeda mewah tersebut diungkap oleh petugas Bea Cukai Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada 17 November lalu. Petugas merampas barang-barang tersebut lantaran tidak berizin. Barang bodong tersebut datang bersama dengan pesawat anyar Garuda Indonesia tipe Airbus 300-900 Neo dari Prancis menuju ke Jakarta.
Sebelum kasus kargo gelap yang mengantarkan Ari dan jajarannya dicopot dari posisinya, perseroan dengan kode emiten GIAA ini juga menyedot perhatian masyarakat sejak awal tahun ini lantaran beberapa perkara lainnya. Adapun Ari menjabat posisi Direktur Utama setelah diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham pada September 2018. Berikut adalah beberapa permasalahan yang menimpa maskapai penerbangan pelat merah itu sepanjang tahun ini.
1. Harga Tiket Pesawat Dinilai Terlampau Mahal
Melambungnya harga tiket pesawat menjadi buah bibir masyarakat pada awal tahun 2019. Pasalnya, kala itu masyarakat kesulitan mendapat pesawat murah. Ongkos penerbangan melonjak hampir dua kali lipat. Pemerintah mencatat kenaikan tarif itu terjadi sejak November 2018 dan berimbas kepada inflasi akibat angkutan udara yang juga meningkat.
Mahalnya tiket pesawat tersebut sempat diduga disebabkan oleh praktik duopoli yang dilakukan oleh dua pemain besar industri penerbangan, yaitu Garuda Indonesia Group dan Lion Air Group. Pada mulanya, industri penerbangan diisi oleh persaingan tiga pemain besar, dengan adanya Sriwijaya Air Group. Namun belakangan, Garuda mengakuisisi Sriwijaya, sehingga pemain besar tersisa dua.