TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan kementeriannya menggeser strategi membidik pasar turis mancanegara dari Eropa karena kedatangan wisatawan mancanegara dai Cina melemah. Pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara Cina tercatat melemah seiring dengan meningkatnya tensi perang dagang negara itu dengan Amerika Serikat.
"Kita enggak harus melulu (mengandalkan turis) dari Cina. Kita akan bidik negara-negara di Eropa seperti Inggris. Pasar ini belum terlalu kita garap saat ini," ujar dia saat dihubungi Tempo pada Rabu, 25 Desember 2019.
Menurut dia, karakteristik sebagian besar destinasi Indonesia yang sarat atraksi alam cocok dengan pasar Eropa. Kata dia, wisatawan mancanegara Eropa tertarik dengan sensasi liburan ala penjelajahan yang menantang seperti sailing di Labuan Bajo dan Tanjung Puting.
Dia mengakui, butuh upaya berlipat untuk memasarkan destinasi ke Eropa. Dari sisi biaya pemasaran, ongkos yang dikeluarkan lebih besar ketimbang mempromosikan destinasi ke level Asia.
"Tapi pasar itu sangat potensial. Kita lihat sekarang di Labuan Bajo itu kebanyakan yang datang adalah turis western," ucapnya. Selain Eropa, Wishnutama membidik pasar turis dari Amerika Serikat dan Australia yang memiliki selera seragam.
Merujuk data Badan Pusat Statistik, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara asal Eropa pada Januari--September 2019 tercatat sebanyak 1.565.200. Angka ini memang menurun ketimbang tahun sebelumnya yang mencapai 1.566.900 orang.
Sedangkan wisatawan dari Amerika pada Januari--September 2019 sebanyak 482.500 orang. Angka ini mengalami kenaikan sebanyak 12,93 persen ketimbang periode yang sama pada 2018 yang mencapai 427.200 orang.
Meski berfokus memasarkan destinasi ke Eropa dan negara barat lainnya, Wishnutama memastikan pemerintah tetap akan mendorong pertumbuhan wisatawan mancanegara dari Cina masuk ke Indonesia. Saat ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah memetakan destinasi yang cocok untuk turis Cina, seperti Likupang dan Manado.
Sebelumnya, melemahnya kunjungan wisatawan mancanegara Cina ke Tanah Air telah kentara pada kuartal pertama 2019. Berdasarkan data BPS, pertumbuhan kunjungan wisman asal Cina selama Januari sampai Mei 2019 hanya 2,2 persen.
Posisi pertama Cina sebagai negara dengan kontributor turis asing terbanyak yang berkunjung ke Indonesia pun digeser Malaysia. Kunjungan wisatawan Malaysia sepanjang lima bulan pertama 2019 justru melonjak 23,04 persen.
Ketua Umum Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI Haryadi Sukamdani beberapa waktu lalu memprediksi jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dari Cina ke Indonesia sepanjang 2019 anjlok sebesar 15-20 persen. "Faktornya murni karena ekonomi. Kalau diperkirakan penurunan kunjungannya hampir 1,5 juta (orang)," kata Haryadi di pada 10 Desember lalu.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | BISNIS