TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menilai kemacetan parah yang terjadi di jalan tol layang Jakarta Cikampek merupakan hal yang lazim. Kemacaten yang terjadi pada Sabtu dan Minggu lalu itu, kata dia, karena tol Japek II merupakan fasilitas baru sehingga banyak yang ingin mencobanya.
Bahkan, Menhub Budi Karya mengibaratkan Tol Japek II ini seperti penjual martabak enak yang laris diserbu pembeli. "Saya selalu ngomong perumpamaan begini deh. Misal saya jual martabak, martabaknya enak banget, saya promosiin. Begitu saya jual, martabaknya habis. Apa saya gagal? Tidak kan. Martabaknya tetap martabak enak. Jadi Japek is the best," kata Budi Karya di Pelabuhan Kali Adem, Jakarta Utara, Selasa, 24 Desember 2019.
Selasa pagi ini, kepadatan arus lalu-lintas di Jalan Tol Jakarta-Cikampek kembali terjadi. PT Jasa Marga bersama kepolisian akhirnya memberlakukan sistem contraflow pada H-1 menjelang Natal ini. .
"Contraflow ini diterapkan untuk mencairkan kepadatan yang terjadi di beberapa titik" kata Corporate Communication & Community Development Group Head PT Jasa Marga, Dwimawan Heru, dalam siaran pers yang diterima di Karawang, Selasa 24 Desember 2019.
Dwimawan mengatakan, sistem contraflow mulai diberlakukan di jalan Tol Jakarta-Cikampek sekitar pukul 08.30 WIB sepanjang 14 kilometer, mulai dari Kilometer 47 hingga Kilometer 61. Pemberlakuan sistem lawan arus ini dimaksudkan untuk mencairkan kepadatan yang terjadi di titik pertemuan Jalan Tol Japek Elevated dan Jalan Tol Japek di Kilometer 48 dan di sejumlah titik menjelang rest area.
Budi Karya mengatakan Kemenhub dan Korlantas juga sudah menyiapkan rekayasa lalu lintas saat terjadi kemacetan atau kepadatan panjang di ruas tol Japek II. "One way, kalau padat sekali one way. Tetapi tidak begitu padat, ada contraflow," ujar dia.