TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) memastikan pasokan daging sapi dan kerbau untuk memenuhi kebutuhan selama Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2020 sangat mencukupi. Bahkan, neraca dtok daging selama Desember berada pada posisi surplus.
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian Syamsul Ma’arif mengatakan, total pasokan daging sapi selama Desember berada di angka 75.735 ton. Adapun jumlah kebutuhannya diperkirakan hanya sejumlah 56.538 ton.
Pasokan daging tersebut berasal dari ketersediaan daging sapi lokal per Desember 2019 yang berjumlah 33.332 ton, stok sapi bakalan di feedlotter per 2 Desember sebanyak 114.081 ekor atau setara dengan 22.812 ton, stok daging sapi di gudang importir per 19 Desember sebesar 15.943 ton. Stok ini masih ditambah dengan persediaan jeroan sebanyak 697,28 ton, stok daging kerbau India di Perum Bulog sebanyak 2.642 ton, dan daging impor Brasil dari PT Berdikari (Persero) sebanyak 308,07 ton per 3 Desember.
“Melihat neraca ini, maka kondisi pasokan daging selama Desember berada pada posisi surplus 19.197,76 ton,” ujar Syamsul saat konferensi pers di kantor Kementan, Senin 23 Desember 2019.
Dari sisi harga, Syamsul mengakui bahwa terjadi kenaikan harga daging di tingkat produsen meskipun pasokan berada di posisi surplus. Menurutnya, kenaikan harga tak bisa dihindari karena telah menjadi tren di tengah konsumsi yang meningkat.
Berdasarkan pantauan tim Ditjen PKH, harga daging rerata di tingkat produsen pada minggu ketiga Desember di 14 provinsi meningkat 0,52 persen dibandingkan dengan pekan kedua Desember dari Rp44.729 per kilogram sapi hidup menjadi Rp44.963 per kilogram sapi hidup. Adapun harga tertinggi di tingkat produsen terpantau berada di Provinsi Kepulauan Riau yakni Rp50.000 per kilogram sapi hidup dan harga terendah di Nusa Tenggara Timur sebesar Rp34.000 per kilogram.
“Kenaikan harga daging berada di tingkat yang stabil. Yang kami khawatirkan adalah ketika kenaikan berada di atas 10 persen sehingga menyebabkan inflasi. Untuk sekarang kami rasa kenaikan berada di level wajar,” imbuh Syamsul.