TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mengatakan bakal menjaga Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Hexana Tri Sasongko. Sebab, Hexana dinilai sebagai figur baik dan bisa membuka persoalan keuangan yang menjerat perseroan.
"Kita harus lindungi beliau. Jangan sampai beliau ada tekanan-tekanan. Karena beliau orang baik, terbukti mau kerja," ujar Erick di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Jalan MT Haryono, Jakarta, Senin, 23 Desember 2019.
Kondisi keuangan Jiwasraya disebut-sebut memburuk akibat satu produk, yakni saving plan atau JS Plan. Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko sempat buka suara bagaimana hal tersebut dapat terjadi.
Hexana menjelaskan bahwa setelah dirinya dan jajaran direksi baru menempati kursi manajemen, perseroan bersama salah satu konsultan melakukan kajian terkait akar permasalahan dari merosotnya kondisi keuangan Jiwasraya.
Saat ini Jiwasraya mencatatkan RBC jauh di bawah ketentuan minimal dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yakni 120 persen. Per September 2019, ekuitas perseroan tercatat negatif Rp 23,92 triliun dan mengalami kerugian Rp 13,74 triliun.
Menurut Hexana, kajian yang dilakukannya berbuah tiga poin akar permasalahan. Pertama, perseroan meluncurkan produk yang membutuhkan likuiditas tinggi, tetapi menjanjikan imbal hasil yang sangat tinggi.
Imbal hasil yang tinggi tersebut menarik minat sejumlah nasabah dan menjadi sumber cuan bagi Jiwasraya. Hal tersebut terlihat dari terus bertambahnya nilai premi produk JS Plan, hingga puncaknya pada 2017 pendapatan premi Saving Plan mencapai 75,3 persen dari total premi Jiwasraya.
Pada 2015, perolehan premi JS Plan mencapai Rp 5,15 triliun atau 50,3 persen dari total premi kala itu, pada 2016 meningkat menjadi Rp 12,57 triliun (69,5 persen dari total premi), dan 2017 menjadi Rp 16,54 triliun dengan total premi Rp 21,91 triliun. Pada 2018, perolehan premi JS Plan menyusut menjadi Rp 5,46 triliun atau 51,1 persen dari total premi.
"Kenyataannya (imbal hasil JS Plan) tidak pernah bisa di-cover oleh investasi. Imbal hasil yang dijanjikan itu efektifnya 13 persen , turun jadi 7 persen , kondisi pasar jauh lebih rendah dari itu (sehingga menyebabkan kerugian)," ujar Hexana dalam paparannya saat rapat dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin, 16 Desember 2019.
Dia menjelaskan bahwa saat pasar mulai bergejolak, para investor atau pemegang polis mulai mempertanyakan underlying investasi keuangan dari Jiwasraya. Hal tersebut beRp engaruh terhadap menurunnya perolehan premi JS Plan pada 2018.
Untuk menyelesaikan permasalahan di tubuh perusahaan asuransi pelat merah itu, Erick Thohir berharap Presiden Joko Widodo menyetujui pembentukan Holding Asuransi.
"Supaya ada kepastian pendanaan buat para nasabah yang per hari ini, wah ke mana uangnya? Di situ mungkin ada Rp 1,5 triliun sampai Rp 2 triliun per tahun, makanya kemarin saya bilang pasti restrukturisasi, itu langkah awal dulu," ujar Erick.
Kalau sudah diteken Jokowi, Erick memperkirakan proses pembentukan holding akan memakan waktu satu hingga bulan ke depan. Ia mengatakan pembentukan usaha induk diperlukan supaya proses arus keuangannya tetap ada.
"Supaya kita yakinkan bahwa uang itu kita carikan jalan walaupun, bayangkan apakah itu menjadi bagian skenario pemerintah kan tidak, itu oknum, tetapi pemerintah hadir untuk rakyat, bertanggung jawab untuk memberikan solusi," tutur Erick Thohir.
BISNIS