TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan kemacetan panjang di jalan tol layang Jakarta-Cikampek atau tol layang Japek bukan merupakan kegagalan. Ia mengatakan kemacetan itu merupakan euforia masyarakat yang beramai-ramai mencoba jalan tol layang Japek pada libur akhir tahun ini.
“Itu euforia masyarakat saja, contohnya saya jual martabak, martabaknya enak orang pada datang, banyak orang yang beli dalam satu jam sudah habis, masa saya dibilang gagal,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi kepada pers usai pameran foto di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Minggu, 22 Desember 2019.
Menhub menilai apabila tol layang Japek menjadi pilihan masyarakat yang akhirnya beramai-ramai untuk mencoba jalur baru tersebut. “Japek saya pikir sejauh ini baik. Kalaupun kemarin terjadi suatu lonjakan karena memang euforia atau ekspektasi orang untuk menggunakan itu tinggi sekali,” katanya.
Tol layang Japek masih digratiskan sejak dibuka untuk umum pada 15 Desember 2019. Saat meresmikan jalan tol ini, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengharapkan kemacetan lalu lintas di ruas tol Jakarta-Cikampek bisa dikurangi signifikan. Apalagi menurut Jokowi, dalam empat tahun terakhir kemacetan parah terjadi setiap hari di wilayah tersebut.
Namun kemacetan di jalan tol ini masih terjadi. Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan tol layang Japek belum memenuhi ekspektasi masyarakat sebagai solusi kemacetan jalur yang hampir setiap hari sangat padat tersebut. Pada Sabtu, 21 Desember 2019, terjadi kemacetan panjang sekitar 2 jam di tol layang tersebut.
“Ini artinya saat tol layang Cikampek dibangun tidak mempertimbangkan berbagai kemungkinan, termasuk jika ada kendaraan mogok di tol layang. Ini bisa jadi petugas tol tidak sigap mengatasi masalah saat terjadi kendaraan mogok, dan volume trafik sedang tinggi tingginya,” katanya.
Untuk itu, YLKI mendesak agar pemerintah Kemenhub dan kepolisian mengevaluasi total management traffic saat libur akhir pekan panjang seperti Natal dan nanti libur Idul Fitri.
“Selain itu perlu dipertimbangkan adanya emergency exit, misalnya di km 25, sehingga pengguna tol tidak tidak tersandera di jalan tol selama berjam jam. Ini bisa membahayakan keamanan dan keselamatan pengguna tol. Jangan sampai tol layang ini jadi produk gagal,” ujarnya.