TEMPO.CO, Jakarta - Boeing Co. akan menghentikan produksi pesawat komersial jenis B-737 pada Januari tahun depan. Hal ini dilakukan setelah operasi pesawat terlaris jenis MAX dibekukan akibat dua kecelakaan fatal dalam lima bulan.
Karyawan di pabrik area Seattle, lokasi produksi 737 Max, kini menghadapi dua pilihan. Kedua pilihan itu adalah melanjutkan pekerjaan terkait 737 atau untuk sementara pindah ke program lain. Seorang sumber menyatakan hingga kini belum ada rencana PHK karyawan.
Jeda produksi menjadi salah satu krisis terburuk dalam sejarah 103 tahun Boeing, saat perusahaan menunggu regulator mengizinkan pesawat terlarisnya untuk penerbangan komersial. Penutupan pabrik juga akan mengejutkan basis pemasok komponen yang tersebar dari wilayah Seattle ke Kansas dan menambah tekanan untuk industri AS menjelang pemilihan umum 2020.
Tekanan keuangan pada Boeing meningkat karena hampir 400 pesawat yang baru dirakit teronggok di penyimpanan karena larangan terbang global yang dimulai sembilan bulan lalu. Adapun waktu perizinan kembali masih belum pasti, semenjak hubungan Boeing dengan Administrasi Penerbangan Federal AS hancur.
"Kami percaya keputusan ini adalah yang paling tidak mengganggu pemeliharaan sistem produksi jangka panjang dan kesehatan rantai pasokan," kata perusahaan, seperti dikutip Bloomberg, Selasa, 17 Desember 2019.
Keputusan itu, kata Boeing, didasarkan pada pertimbangan seperti perpanjangan sertifikasi hingga tahun 2020, ketidakpastian tentang waktu dan kondisi pengembalian layanan dan persetujuan pelatihan global. "Dan pentingnya memastikan bahwa kami dapat memprioritaskan pengiriman pesawat yang disimpan."
Adapun saham Boeing turun nyaris 1 persen menjadi US$ 324,10 setelah penutupan perdagangan reguler di New York. Spirit AeroSystems Holdings Inc., pemasok Boeing yang membuat sekitar 70 persen kerangka 737 Max, jatuh 5,4 persen.
Meskipun Boeing tidak merencanakan PHK, penangguhan produksi meningkatkan risiko pemutusan hubungan kerja di perusahaan pemasok. “Jika produksi dihentikan, ini berarti ada risiko kehilangan karyawan dan mendapat kesulitan yang lebih besar di masa depan, dan hal yang sama berlaku untuk basis pasokan, "Cai von Rumohr, seorang analis di Cowen.
BISNIS