TEMPO.CO, Jakarta - Industri perbankan mulai bersiap merencanakan strategi memperkuat kinerja bisnisnya di tahun depan. Aksi merger dan akuisisi antar perbankan pun kian gencar dilakukan menjelang akhir tahun ini. PT Bank Central Asia Tbk atau BCA salah satunya yang baru saja mengumumkan akuisisi PT Bank Rabobank International Indonesia, dengan total nilai pembelian saham mencapai Rp 397 miliar.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menuturkan akuisisi tersebut ditujukan untuk mendukung pengembangan usaha perseroan ke depan. “Nanti akan kami gabung dengan salah satu entitas anak BCA, tapi masih belum ditetapkan yang mana,” ujar dia kepada Tempo, Kamis 12 Desember 2019.
Adapun akuisisi ini resmi dilakukan setelah BCA bersama anak usahanya yaitu PT BCA Finance menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat dengan Rabobank pada 11 Desember 2019. Mereka mengambil alih saham Rabobank dari Cooperative Rabobank UA, PT Aditirta Suryasentosa, PT Antarindo Optima, PT Antariksabuana Citanegara, dan PT Mitra Usaha Kencana Sejati.
“Ini memang sudah menjadi PR kami dari beberapa tahun lalu dan tertulis di rencana bisnis bank (RBB),” ucap Jahja. Dia pun mengungkapkan alasan BCA memilih Rabobank sebagai bidikan untuk diambilalih kepemilikannya. “Ini yang paling murah yaitu di bawah 1 kali book value, bank lain minta lebih dari 3 kali book value, kami nggak mau.” Aksi akuisisi ini merupakan yang kedua kalinya direalisasikan perseroan di tahun ini.
Jahja melanjutkan pengembangan inovasi layanan digital akan menjadi prioritas perseroan ke depan. Sebelumnya, BCA telah lebih dulu mengakuisisi Bank Royal yang akan diplot sebagai bank digital untuk masuk ke segmen ritel. Bank Royal pun akan memperoleh suntikan modal senilai Rp 700 miliar tahun depan.
Komitmen tinggi terhadap inovasi digital juga ditunjukkan BCA dengan alokasi belanja modal senilai Rp 5,2 triliun untuk kebutuhan teknologi dan informasi di 2020, serta injeksi modal sebesar Rp 200 miliar kepada anak usaha modal ventura, PT Central Capital Ventura. “Central Capital memiliki peran strategis dalam kolaborasi perusahaan dengan fintech, dan untuk keperluan investasi ke perusahaan fintech dibutuhkan tambahan modal,” kata Jahja.