TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Niaga PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Pikri Ilham Kurniansyah mengatakan pihaknya fokus pada rute yang menguntungkan seperti penerbangan domestik. Hal ini dilakukan guna merestrukturisasi dari segi bisnis maskapai pelat merah itu sendiri.
"Pertama adalah dari segi bisnis kita harus merestrukturisasi fokus bisnis kita akan memperkuat domestik kita tentu sebagai backbone (tumpuan) kita," ujarnya di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis, 12 Desember 2019. Fokus ke rute yang menguntungkan adalah salah satu arahan dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir untuk Garuda Indonesia.
Selain penerbangan domestik, Pikri menuturkan juga akan berfokus pada penerbangan ke timur tengah. Garuda memang salah satu maskapai yang melayani perjalanan haji dan umroh.
Kemudian, Pikri mengatakan, Garuda akan meningkatkan layanan penerbangan yang menuju Jepang, Korea Selatan, dan negara beberapa negara Pasifik Selatan. "Kepada masyarakat Indonesia dengan pesawat terbaru kita, dan kita akan fokus Midle East Asia, kemudian South Pasific Jepang, Korea Selatan," ujar Pikri.
Selanjutnya, Pikri menjelaskan telah meninjau ulang sejumlah rute penerbangan ke beberapa negara tujuan Eropa. Aasannya untuk alasan efisiensi perusahaan, dan pesaing maskapai di Benua Biru banyak.
"Kita hanya akan terbang sesuai kompetensi," kata Pikri "(Seperti) London, sudah kita suspend."
Pikri menjelaskan evaluasi tersebut akan berakhir setidaknya sampai Januari setelah libur Natal dan Tahun Baru. Bahkan tak tertutup kemungkinan evaluasi akan dilakukan setelah RUPS luar biasa yang akan digelar pada 22 Januari 2020.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengaku telah bertemu dengan Ari Askhara pada bulan lalu. Saat itu ia meminta Ari--yang masih menjabat sebagai bos Garuda Indonesia--untuk mengkaji ulang bisnis model perusahaan pelat merah itu.
"Dalam pertemuan dengan pak Dirut itu, saya minta review apakah Garuda tidak lebih baik fokus di dalam negeri dan Asia saja," kata Erick kepada Tempo di Kementerian BUMN Jakarta, Sabtu, 9 Desember 2019.
Pasalnya, Erick menilai pasar penerbangan di dalam negeri dan Asia itu masih gemuk dan menguntungkan. "Tidak usah gaya terbang ke Eropa," ujarnya.
EKO WAHYUDI l MUHAMMAD HENDARTYO