TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Dharmawan Samsu menyatakan perusahaan menyiapkan anggaran senilai US$ 150 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun untuk mengakuisisi blok minyak dan gas bumi pada 2020. Adapun wilayah kerja yang diincar kemungkinan adalah Afrika.
Dharmawan mengatakan investasi anorganik hulu migas diarahkan untuk menambah aset blok migas. Dalam rapat kerja antara Pertamina dan Komisi VII DPR baru-baru ini, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memaparkan rencana investasi hulu migas pada 2020.
Total anggaran investasi Pertamina 2020 senilai US$ 7,8 miliar. Sektor hulu migas mendapat jatah investasi senilai US$ 3,7 miliar.
Khusus investasi organik atau peningkatan produksi migas, Pertamina menyiapkan US$ 3,57 miliar, sementara investasi anorganik atau pengembangan bisnis hulu senilai US$ 150 juta. “Betul, (anggaran investasi anorganik) untuk akuisisi,” kata Dharmawan lewat pesan singkat, Rabu, 11 Desember 2019.
Meski tidak menyebut secara rinci, Dharmawan mengatakan fokus akuisisi aset diarahkan pada blok migas yang mendekati produksi atau blok migas produksi.
Pertamina terakhir kali mengambil alih aset migas di negara lain pada 2017. Sejauh ini, perseroan telah mengakuisisi 64,46 persen saham perusahaan migas Perancis, Maurel&Promm. Dengan akuisisi ini, Pertamina memiliki aset migas yang tersebar di Gabon, Nigeria, Tanzania, Namibia, Kanada, Myanmar, Italia, Kolombia, dan beberapa negara lainnya.
Aset utama yang telah berproduksi, yakni di Gabon, Nigeria, dan Tanzania. Pertamina juga punya aset di Aljazair melalui kepemilikan saham di Blok Menzel Lejmet North (MLN), El Merk (EMK), dan Ourhoud (OHD).
Di Irak perseroan memegang saham di Lapangan West Qurna 1. Sementara di Malaysia, perseroan memegang kepemilikan saham di Blok K, Blok Kikeh, Blok SNP, Blok SK309, dan Blok SK311.
Dharmawan sebelumnya menyebutkan sejumlah hal menjadi pertimbangan Pertamina dalam mengakuisisi blok migas. Beberapa pertimbangan itu adalah besaran cadangan, hak operatorship, serta kepemilikan hak partisipasi sebagai dasar keekonomian dan risiko. “Semua dipertimbangkan,” tuturnya.
BISNIS