TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Iwan Lukminto menyebutkan ada enam pokok rekomendasi yang disampaikan kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM Bahlil Lahadalia terkait dengan pengembangan industri tekstil.
"Enam pokok itu antara lain terkait raw material, market, komersial, sumber daya manusia, energi dan teknologi, serta lingkungan hidup," ujar Iwan di Kantor BKPM, Jakarta, Rabu, 11 Desember 2019. Setiap pokok rekomendasi tersebut nantinya akan diperinci untuk setiap Kementerian dan Lembaga terkait.
Iwan mengatakan industri semestinya memang memiliki suatu kemajuan. Kemajuan ini terkait dengan kementerian dan lembaga. "Sehingga kami punya suatu daya saing dan harapan bahwa industri ini adalah industri yang baik," kata dia.
Perkara-perkara yang dia sebut sebelumnya, tutur Iwan, adlah sesuatu yang harus diharmonisasi bersama. Karena itu nantinya setiap rekomendasi yang disampaikan itu adalah terkait bagaimana menjembatani semua itu. Kendati, ia tidak memperinci rekomendasi tersebut.
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan akan menggelar kembali pertemuan dengan para pengusaha tekstil guna mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Pada pertemuan hari ini, Bahlil mengatakan daya saing produk garmen menjadi topik pembicaraan.
Selama ini, sektor industri tersebut menjadi tumpuan ekspor dan maupun pemenuhan produksi dalam negeri. "Kita tahu akhir-akhir ini banyak produk dari luar Indonesia yang melakukan penetrasi yang sangat luar biasa sekali, sampai kemudian kalau cek di pasar-pasar maupun di Tanah Abang itu sudah susah kita mendapatkan made in Indonesia, made in negara lain aja kira kira begitu," ujar Bahlil.
Menurut dia, telah menjadi rahasia umum kalau bahwa produk garmen di Indonesia adalah hasil impor dari negara lain, terutama Cina. Karena itu, ia berujar perlu ada suplai produk dalam negeri sebagai substitusi impor.
"Itu bukan hanya kerja pengusaha, harus ada sinergi pengusaha dan pemerintah dan regulasi yang harus kasih adalah regulasi yang tidak memberatkan pengusaha. jika regulasi memberatkan maka tidak akan kompetitif," ujae Bahlil.
Dengan kondisi seperti itu, Bahlil mengatakan akan mencari solusinya dengan para pengusaha. Sehingga, harga produk lokal tak jauh berbeda dengan negara lain yang produknya diimpor ke Tanah Air.
Dari pertemuan itu, Bahlil telah mengambil beberapa kesimpulan untuk menyelesaikan permasalahn yang ada. Pertama, perlu ada revitalisasi pabrik di Tanah Air.
Selain itu, perlu ada bantuan penetrasi perbankan untuk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. "Yang ketiga adalah negara harus hadir dalam membuat regulasi utk memudahkan mereka termasuk dengan keringanan pajak," tutur Bahlil.
CAESAR AKBAR