TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah segera menyelesaikan persiapan untuk menjemput investasi dari Uni Emirat Arab. Finalisasi investasi ini rencananya akan diselesaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dengan berkunjung ke Uni Emirat Arab, 15 Desember 2019.
“Sudah, semua beres, 95 persen lah,” kata Luhut saat ditemui usai rapat koordinasi di Kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta Pusat, Selasa, 10 Desember 2019.
Akan tetapi, Luhut belum bersedia menjelaskan nilai investasi yang akan digelontorkan oleh Uni Emirat Arab. Namun, proses tanda tangan investasi ditargetkan bisa terwujud Januari 2020. “Angkanya ga enak nyebutin, biar presiden saja, tapi cukup lumayan besar,” kata Luhut.
Realisasi investasi ini mulai mencuat kembali saat Jokowi bertemu Putra Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohamed Bin Zayed Al Nahyandi Bogor, Juli 2019. Saat itu, kata Luhut, dirinya ditugaskan Jokowi untuk mengawal rencana tersebut. Setelah itu, Luhut terbang ke Abu Dhabi, ibu kota Uni Emirat Arab. September 2019, Luhut memastikan realisasi investasi ini akan terwujud sebelum akhir tahun.
Ada sejumlah proyek yang akan dimasuki oleh investor Uni Emirat Arab. Di antaranya: pertama, proyek hilirisasi kilang minyak di Balikpapan, Kalimantan Timur. Proyek akan digarap oleh PT Pertamina dan Abu Dhabi National Oil Company. Kedua, proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Cirata, Purwakarta, Jawa Barat.
Ketiga, Uni Emirat Arab akan membangun Grand Mosque Abu Dhabi di Solo, Jawa Tengah. Keempat, Uni Emirat Arab membentuk program hibah e-learning untuk 100 ribu siswa Indonesia.
Kelima, Uni Emirat Arab akan menyuntikkan modal uhan investasi lahan pertanian 100 ribu hektare di Kalimantan Tengah. Keenam, Indonesia dan Uni Emirat Arab pun sepakat membentuk Indonesian Sovereign Wealth Fund.
Rapat ini dihadiri oleh sejumlah pejabat. Di antaranya Menteri Agama Fachrul Razi, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin, dan pejabat lainnya.
Untuk proyek PLTS Cirata, kerja sama akan dilakukan secara business to business antara PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN dengan perusahaan Uni Emirat Arab. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, FX Sutijastoto mengatakan kapasitas pembangkit ini mencapai 145 Megawatt.
Sementara untuk program e-learning, Duta Besar Indonesia untuk Uni Emirat Arab Husin Bagis menyebut pemerintah meminta bantuan fisikawan Yohanes Surya untuk menyiapkan sistemnya. Nantinya, para pelajar ini pun akan mendapatkan akses ke fasilitas pendidikan yang lebih modern, salah satunya iPad.