TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. atau Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan tahun depan pertumbuhan kredit ditargetkan hanya mendekati angka 10 persen. Hal ini sejalan dengan perekonomian yang diprediksi bakal penuh tantangan tahun depan.
"Kan kami lihat ekonomi, saya juga tau diri, mungkin pertumbuhan penyaluran kredit pada angka 9-10 persen. Udah enggak seperti tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai angka 14-16 persen," ujar Royke kepada awak media di Plaza Mandiri, Jakarta Selatan Senin 9 Desember 2019.
Royke menjelaskan tahun depan penyaluran kredit untuk perusahaan atau corporate banking tak akan tumbuh tinggi akibat kondisi ekonomi global yang tengah melambat. Apalagi, saat ini sejumlah perusahaan memilih untuk melakukan wait and see dibandingkan menarik kredit untuk pembiayaan dan ekspansi bisnis.
Selain itu, saat ini, sejumlah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga tengah melakukan konsolidasi dibandingkan ekspansi. Hal ini sejalan dengan perbaikan BUMN yang gencar dilakukan. Karena itu, ke depan Bank Mandiri akan mencoba mengeser fokus pembiayaan tahun depan.
Tahun depan, lanjut Royke, perseroan akan mulai menggarap sektor retail yang bisnisnya masih terkait (bagian value chain) dengan sektor wholesale, yang banyak dibiayai oleh Bank Mandiri. Apalagi, Bank Mandiri memiliki banyak klien yang tergolong sebagai korporasi besar.
"Jadi bagaimana value chain ini dari nasabah Bank Mandiri, khususnya di korporasi besar. Korporasi ini biasanya punya pegawai, distributor, nah kami akan masuk di area ini. Jadi ini sumber pertumbuhan kami ke depan," kata Royke.
Royke juga menuturkan tahun depan, Bank Mandiri tak akan banyak menyalurkan pembiayaan di sektor corporate banking. Padahal selama ini sektor ini yang menyumbang paling besar presentase penyaluran kredit Bank Mandiri. Hal ini karena sektor ini sudah mengambil presentase paling besar pada penyaluran kredit Bank Mandiri.
"Korporat itu sudah besar, asetnya sudah besar, double digit itu imposible. Maka kita juga coba cari keseimbangan marginnya bagus, supaya risikonya juga enggak terlalu tinggi, supaya pertumbuhannya berkelanjutan," katanya.
Lebih lanjut, Bank Mandiri akan menggeser fokus pertumbuhan pendapatan kepada fee based income. Hal ini bisa dilakukan dengan memaksimalkan anak usaha. Misalnya, menjadi penyedia jasa (underwriter) perusahaan yang melakukan Intial Public Offering (IPO).