TEMPO.CO, Jakarta - Banyak instrumen investasi yang bisa menjadi pilihan masyarakat. Selain di pasar uang dan pasar modal, investasi bursa berjangka di pasar komoditas bisa menjadi salah satu jenis investasi.
Investor bisa mendapatkan profit, baik pada saat posisi buy-sell maupun sell-buy. Namun, seperti halnya prinsip high risk – high return dalam investasi, bursa berjangka yang memiliki imbal hasil tinggi ini juga memiliki risiko tinggi.
Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta Stephanus Paulus Lumintang mengatakan sebelum masuk dalam investasi bursa berjangka, seseorang harus benar-benar mengetahui karakteristik perusahaan yang akan dipilih.
“Hal yang tak kalah penting adalah mengecek legalitas perusahaan berjangka yang akan digunakan melalui website Bursa Berjangka Jakarta atau Bapepti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi),” ujarnya, seperti dilansir Bisnis.com, Jumat 6 Desember 2019.
Saat ini tidak sedikit perusahaan ilegal yang memakai kedok perusahaan bursa berjangka dan menawarkan iming-iming keuntungan menggiurkan. Investor harus benar-benar jeli karena perusahaan illegal sering kali menggunakan nama yang hampir sama dengan perusahaan terdaftar.
"Jangan langsung nyemplung dan tergiur dengan iming-iming yang menjanjikan profit sekian persen. Justru harus hati-hati jika ada yang memastikan bakal dapat keuntungan sekian persen per hari atau perbulan," ujarnya.
Selain itu, karena investasi yang disetor pada bursa berjangka ini terbilang cukup besar yakni sekitar US$1000, seseorang harus benar-benar memiliki kestabilan ekonomi.
“Cek dulu apakah dana yang dimiliki cukup dan tidak berpengaruh seandainya kondisi market tidak memihak padanya. Untuk menghindari risiko, investor harus mempelajari betul risiko yang akan dihadapi," ujar Paulus.