TEMPO.CO, Cilegon - Presiden Joko Widodo atau Jokowi hari ini, Jumat, 8 Desember 2019, meresmikan pabrik baru Polyethylene (PE) milik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Jokowi berharap, pabrik baru PT Chandra Asri Petrochemical bisa membuat Indonesia tidak lagi mengimpor bahan-bahan petrokimia.
Menurut Jokowi, salah satu masalah besar Indonesia adalah defisit transaksi berjalan dan defisit perdagangan. Pasalnya Indonesia masih banyak mengimpor bahan baku dari luar negeri. "Termasuk di dalamnya yang paling besar petrokimia dan juga yang namanya impor minyak dan gas," kata Jokowi dalam sambutannya.
Data 2018 menunjukkan neraca perdagangan Indonesia untuk ekspor impor bahan kimia masih mengalami defisit Rp 193 triliun.
"Feeling saya empat tahun lagi Indonesia sudah bisa mengekspor. Itu tentu saja akan menghasilkan produk yang saya pastikan akan 4 juta ton. Artinya sisanya mesti diekspor," ujarnya.
Terlebih, kata Jokowi, setelah membangun pabrik baru ini, PT Chandra Asri Petrochemical berencana mengembangkan kompleks petrokimia kedua dengan investasi mencapai Rp 60-80 triliun. Kompleks kedua ini ditargetkan selesai pada 2024 dan bisa memproduksi 4 juta ton PE per tahun.
Presiden Direktur Chandra Asri, Erwin Ciputra, mengatakan pabrik baru ini bisa memproduksi PE sebesar 400 ribu ton pertahun. Dengan tambahan ini maka total produksi PE dari perusahaannya menjadi 736 ribu per tahun.
Menurut Erwin, kebutuhan bahan baku seperti PE di Indonesia selalu naik. Namun di sisi lain industri Petrokimia dalam negeri masih mengimpornya sekitar 40-50 persen dari luar.
Atas dasar itu, Erwin berharap pabrik baru ini bisa menjadi substitusi impor dan mampu menghemat devisa negara sebesar Rp 8 triliun.
Selain itu, Erwin menuturkan, pihaknya sedang mengembangkan kompleks petrokimia kedua dengan investasi Rp 60-80 triliun dan pembangunannya ditargetkan selesai 2024. Hal ini, kata dia, untuk mengejar pertumbuhan konsumsi di Indonesia.
"Kompleks kedua ini akan membawa total kapasitas menjadi delapan juta ton per tahun," ucap dia. Kepada Jokowi, Erwin menjelaskan bahwa pembangunan kompleks ini bakal melibatkan 25 ribu tenaga kerja lokal.
AHMAD FAIZ