TEMPO.CO, Jakarta - Manajemen maskapai penerbangan Sriwijaya Air merespons pelaporan karyawannya yang menuding direksi melakukan dugaan pemberangusan dengan mendemosi sejumlah pegawai. Tudingan itu sebelumnya disampaikan Asosiasi Serikat Pekerja Sriwijaya Air atau Aspersi dalam bentuk laporan resmi kepada Polresta Tangerang, Kamis, 5 Desember 2019.
Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Jauwena mengatakan, entitasnya sama sekali tak pernah melakukan tindakan ekstrem untuk melarang karyawan bersuara atau menyatakan pendapatnya.
"Yang ada kami melakukan restrukturisasi atau perampingan," ujar Jefferson dalam pesan pendek kepada Tempo yang disampaikan melalui Komisaris Sriwijaya Air, Yusril Izha Mahendra.
Menurut Jefferson, hal ini merupakan langkah untuk menyehatkan perusahaan. Sriwijaya saat ini sedang terseok lantaran menanggung utang sekitar Rp 850 miliar kepada Garuda Indonesia Group. Utang Sriwijaya juga tercatat di Pertamina, Angkasa Pura, dan BNI dengan total seluruh tanggungan mencapai Rp 1,9 triliun.
Sriwijaya memutuskan mengurangi operasi unit pesawatnya pasca-pecah kongsi dengan Garuda Indonesia pada Oktober lalu. Kisruh kerja sama kedua entitas ini terjadi karena adanya tarik-menarik keuntungan dan kursi jabatan. Sriwijaya mengklaim semakin merugi setelah menjalin kesepakatan dengan maskapai pelat merah tersebut.
Kasus ini berbuntut pada karyawan. Wakil Ketua Umum Aspersi Yusri Supii menyatakan direksi sudah merotasi dan memutasi sejumlah karyawan tanpa pemberitahuan dan pemanggilan sebelumnya. “Enggak tanggung-tanggung. Sekali dirotasi dan dimutasi, ada empat orang anggota Aspersi yang di-downgrade,” tuturnya dalam pesan tertulis, Kamis.
Yusri mengakui menjadi salah satu korban yang terdampak kebijakan satu arah. Ia didemosi dari posisi Chief Operations Support & Engineering menjadi staf operator penerbangan. Adapun tiga karyawan lainnya adalah Juita, yang sebelumnya Assistant Chief Flight Attendant, dirotasi menjadi awak kabin.
Lainnya adalah Chandra, yang sebelumnya menjabat Deputy Chief Flight Attendant, kini dirotasi menjadi awak kabin biasa. Kemudian, Erika, Deputy Chief Performance, saat ini dirotasi menjadi awak kabin biasa.
Ketua Aspersi Pritanto Ade mengatakan pelaporan itu diikuti dengan sejumlah bukti yang menguatkan. "Bukti-bukti yang kita laporkan sudah masuk. Kami serahkan ke pengak hukum,” ucapnya.
Sebelumnya, Pritanto mengatakan Sriwijaya Air telah mendemosi sejumlah karyawan selepas pecah kongsi dengan PT Garuda Indonesia Persero Tbk. Dua pejabat tercatat mengalami penurunan jabatan pada September. Keduanya adalah Retri Maya, yang sebelumnya Vice President Corporate Secretary menjadi staff officer service. Selain itu, Agus Setiawan, yang sebelumnya merupakan Vice President Human Capital Management, kini melorot menjadi staff officer legal.