TEMPO.CO, Jakarta - PT Jasa Marga (Persero) Tbk. angkat bicara soal rasio utang terhadap ekuitas atau Debt to Equity Ratio (DER) yang menyentuh angka 3,19. Pernyataan itu juga merespons kritik yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam rapat kerja di Komisi Keuangan dan Perbankan pada Senin lalu karena angka rasio Jasa Marga itu tertinggi di antara BUMN infrastruktur lainnya.
Sekretaris Perusahaan Jasa Marga, Agus Setiawan, mengatakan tingginya DER di Jasa Marga tak lepas dari berbagai proyek infrastruktur yang digarap perusahaan. Proyek-proyek tersebut, kata dia, tentu memerlukan biaya modal alias capital expenditure yang sangat tinggi.
"Selain dibiayai dari modal sendiri, juga sebagian dibiayai dari pinjaman, yang berdampak pada DER," kata Agus saat dihubungi di Jakarta, Kamis, 5 Desember 2019.
Agus menambahkan, ada sejumlah proyek dalam tiga tahun terakhir yang berdampak pada utang perusahaan. Di antaranya Tol Transjawa, Tol Layang Jakarta-Cikampek, hingga ruas Tol Kunciran-Serpong.
Sebelumnya Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan DPR pada Senin lalu memaparkan rasio utang Jasa Marga paling tinggi. Angka itu tertinggi jika dibandingkan dengan dua BUMN Infrastruktur lainnya yang dapat rapor hijau, yaitu PT Pelindo IV dengan DER 0,73 dan PT Angkasa Pura II dengan DER 0,63.
Bagaimanapun, kata Agus, bisnis jalan tol adalah bisnis jangka panjang dengan investasi yang sangat tinggi di awal. Tapi saat tol sudah selesai dibangun, maka tidak akan ada pinjaman atau utang lagi. Sebaliknya, jalan tersebut akan menghasilkan pendapatan.