TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan mengatakan, sumber energi ramah lingkungan yang besar di Indonesia bisa menekan defisit neraca transaksi berjalan. "Selama bertahun-tahun kami baru menyadari potensi energi ramah lingkungan ini. Jika ini bisa kami kelola, tentunya bisa dapat menekan neraca transaksi Indonesia," ujar Luhut seperti dilansir dari keterangan tertulis Kemenko Maritim dan Investasi, Kamis, 5 Desember 2019.
Luhut mengatakan perang dagang yang terjadi belakangan ini membuat pemerintah sadar akan potensi ini. Pada hydropower misalnya, di Papua Indonesia memiliki potensi sekitar 22.000 megawatt. Belum lagi di Kalimantan sebesar 11.000 MW. "Masih ada lagi energi angin, biomass, dan masih banyak lagi. Total potensinya sekitar 443.208 MW,” tutur Luhut.
Menurut Luhut, dengan mengolah energi yang ramah lingkungan dan lebih murah ini, diharapkan bisa mengurangi ketergantungan pada impor BBM, yang merupakan salah satu faktor utama terjadinya defisit pada neraca perdagangan. "Kami berharap masyarakat semakin memanfaatkan potensi-potensi tersebut. Pengembangan energi terbarukan ini bisa didorong oleh semakin murahnya teknologi baterai lithium,” kata Luhut.
Ia mengungkapkan sudah melakukan pertemuan sebanyak dua kali dengan Governor Directors and Corporate Auditors Japan Bank for International Cooperation Tadashi Maeda, yang membicarakan kemungkinan kerja sama pembiayaan di bidang energi ramah lingkungan.
Dalam rangka mengembangkan potensi-potensi energi ramah lingkungan ini, di sela-sela forum tersebut Menko Luhut menerima Yashushi Fukuzumi, Vice President Mitsubishi Heavy Industries. Pertemuan tersebut membicarakan potensi pengembangan energi matahari di Indonesia.
Pada forum itu juga, Luhut mengatakan Indonesia sedang berusaha untuk menekan emisi karbon. Ini adalah bentuk komitmen Indonesia untuk menjalankan Paris Agreement. Ia mengatakan Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi 29 persen hingga tahun 2030.
"Salah satu usaha yang kami lakukan adalah mendorong penggunaan mobil listrik. Selain itu, kami juga mendorong penggunaan biodiesel. Sejauh ini Indonesia telah mengimplementasikan B20. Pada 2020 nanti kami akan mulai implementasi B30,” kata Luhut. Paris Agreement adalah kerangka kebijakan jangka panjang bagi negara-negara di dunia untuk mengurangi emisi karbon, sehingga kenaikan suhu bisa di bawah 2 derajat per tahun.