TEMPO.CO, Jakarta – Manajemen perusahaan maskapai penerbangan Sriwijaya Air berjanji tak akan merumahkan karyawan, khususnya pegawai yang berstatus tetap. Komisaris Sriwijaya Air Yusril Izha Mahendra mengatakan direksi tengah mencari cara untuk mempertahankan para awak penerbangan, meski keuangan perusahaan sedang terseok.
“Sampai saat ini Sriwijaya tidak berencana melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan tetap,” ujarnya saat dihubungi Tempo pada Rabu, 4 Desember 2019.
Sejumlah karyawan Sriwijaya Air sebelumnya merasa khawatir bakal dirumahkan oleh direksi. Ketua Umum Asosiasi Serikat Pekerja Sriwijaya Air atau Aspersi Pritanto Ade Sauputra mengatakan jumlah armada yang beroperasi di lapangan tak sebanding dengan jumlah karyawan.
Sriwijaya Air saat ini hanya menerbangkan sepuluh unit maskapai. Sedangkan dalam kondisi normal, semestinya Sriwijaya dapat mengaktifkan 30 pesawat. Sementara itu, jumlah karyawan yang saat ini bekerja di perseroan masih 3.100 orang.
Ade was-was Sriwijaya bakal memangkas 1.500 orang atau setara dengan 50 persen jumlah karyawan. Sebab, dengan alat produksi yang minim dan pegawai yang komposisinya gemuk, para awak pesawat ini akhirnya menjadi tidak produktif. Banyak pegawai yang akhirnya tidak mendapat jatah terbang.
Yusril mengatakan manajemen bakal memulihkan kinerja perusahaan dalam waktu dekat. Dalam masa pemulihan itu, ia memastikan para karyawan akan bekerja normal. Namun, ada kemungkinan perusahaan tidak akan melanjutkan kerja sama dengan karyawan-karyawan non-pegawai tetap yang habis masa kontraknya.
Masalah yang mendera Sriwijaya Air ini bermuasal dari kerja sama manajemenya dengan PT Garuda Indonesia Persero Tbk yang berujung kisruh. Yusril mengklaim Garuda membikin perusahaan buntung dan menanggung utang berlipat ganda dalam setahun.
“Dalam setahun kerja sama kami dengan Garuda Indonesia, utang maintenane dan groundhandling pesawat bertambah jumlahnya,” ucap Yusril.
Yusril juga menyebut, beberapa maskapai penerbangan milik entitasnya tidak dapat beroperasi karena ditahan di bengkel Garuda Maintenance Facility atau GMF. Ia menyatakan, armada itu belum dapat keluar dari hanggar kalau manajemen belum membayar utang.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | YOHANES PASKALIS