Adapun suntikan dana Rp 2 triliun pada 2016 digunakan untuk pembangunan. Tri berujar saat ini perseroan tengah membangun penggilingan beras modern, penggilingan jagung, hingga pembangunan gudang kedelai. Harapannya, dukungan infrastruktur anyar itu bisa memperkuat kinerja keuangan perusahaan ke depannya.
Sebelumnya, berdasarkan laporan keuangan 2018, tercatat kerugian yang harus ditanggung oleh Bulog mencapai Rp 961,78 miliar. Adapun sepanjang Januari-September 2019 tercatat kerugian sebesar Rp 955 miliar dari segmen Public Service Obligation (PSO) atau penugasan pemerintah.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso atau Buwas menjelaskan, sekitar 80 persen pendapatan Bulog masih diperoleh dari penugasan pemerintah, sisanya dari penjualan produk komersial. Ke depannya, kata Buwas, Bulog akan menggenjot pendapatan sampai dengan 50 persen dari kegiatan komersial.
"Tidak menutup kemungkinan nantinya bisa jadi 80 persen dari kegiatan komersial dan hanya 20 persen dari penugasan pemerintah,” kata Buwas. Adapun perseroan menanggung beban utang tahun berjalan hingga Rp 28 triliun hingga September 2019.
Sampai dengan saat ini, produk komersial yang dijual oleh Bulog baik secara luring maupun daring melalui berbagai platform dagang-el masih didominasi oleh produk beras premium dan khusus. Adapun volume beras komersial yang diserap oleh Bulog dari petani diketahui sebanyak 170.000 ton dari total target penyerapan beras 2019 sebanyak 1,8 juta ton.
“(Untuk produk komersial) tidak hanya produk beras, ada produk-produk kebutuhan pangan lainnya, tetapi masih didominasi beras. Penambahan 50 varian beras komersial itu merupakan upaya untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa produk beras kami berkualitas,” ujar Buwas.
BISNIS