TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan bahwa program B20 merupakan salah satu penyelamat bagi kondisi neraca perdagangan yang terus defisit. Dia mengatakan dengan program B20 yang telah berjalan defisit minyak dan gas (migas) bisa ditekan.
"Untung saja program B20 sudah jalan, jadi kalau lihat impor minyak dan gas itu turunnya signifikan. Jadi sudah ada efeknya, itu agak mengurangi defisit di neraca perdagangan kita," ujar Destry di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Senin 2 Desember 2019.
Adapun neraca perdagangan Indonesia sepanjang Oktober mengalami surplus sebear US$ 0,16 miliar. Kondisi tersebut membaik dari bulan sebelumnya yang mengalami defisit sebesar US$ 0,16 miliar.
Perbaikan neraca dagang tersebut, didukung oleh kenaikan surplus neraca perdagangan non migas serta sejalan dengan ekspor nonmigas terus membaik. Sedangan defisit neraca migas tercatat meningkat karena impor migas yang ikut meningkat secara bulanan.
Kendati impor meningkat secara bulanan, secara tahun kalender impor migas dari Januari hingga Oktober justru terus berkurang. Dari sebelumnya US$ 10,82 miliar menjadi US$ 7,27 miliar dibandingkan year to date pada 2018.
Namun, secara kumulatif sampai dengan Oktober 2019, defisit neraca perdagangan migas membaik menjadi 7,27 miliar dolar AS, dibandingkan dengan 10,82 miliar dolar AS di periode yang sama tahun sebelumnya.
"BI memandang surplus neraca perdagangan itu memperkuat ketahanan perekonomian. Ke depan, BI akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah lembaga terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko.