Bahkan, Jokowi juga menargetkan hidrogen sebagai produk ekses kilang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan biodiesel B30 hingga B100. Senyawa yang harganya di pasar mencapai Rp 120 juta per ton ini diincar pabrik biodiesel karena bisa menjadi bahan campuran solar.
Pada Juni 2015, di tengah keraguan Pertamina di Tuban, PT Medco Energi Internasional Tbk justru kepincut mengakuisisi TPPI. Kelompok usaha milik keluarga Panigoro ini sempat mengajukan proposal akuisisi TPPI kepada Kementerian Keuangan serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Kala itu, surat ditembuskan kepada Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI, yang tengah menyidik dugaan korupsi di TPPI.
Dalam proposal itu, Medco berniat mengambil alih Tuban Petrochemical dengan melunasi utang multi-year bondkepada Kementerian Keuangan. Mereka juga akan menuntaskan utang TPPI kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Adapun piutang Pertamina dikecualikan. Medco juga menginformasikan telah meneken kesepakatan dengan PT Silakencana Tirtalestari, pemegang saham Tuban Petro milik Honggo Wendratno.
Kepada Tempo, akhir Agustus 2015, Presiden Direktur Medco Energy saat itu, Hilmi Panigoro, menjelaskan bahwa perusahaan minyak semestinya terintegrasi dari hulu hingga hilir. TPPI, yang punya fasilitas besar, dianggap potensial meski terlilit banyak masalah.
Menurut Hilmi, untuk membangun kilang aromatik sebesar TPPI, diperlukan dana investasi sedikitnya US$ 3 miliar. Selain itu, dibutuhkan waktu empat-lima tahun untuk merampungkan konstruksi. "Kalau Anda mendapat plantyang sama senilai US$ 1,5 miliar, enam bulan sudah jalan, itu bukan nekat. It's an opportunity," kata Hilmi saat itu. Belakangan, Medco balik kanan. Gayung bersambut, Pertamina kini mengambil alihnya, sejalan dengan niat pemerintah yang sejak awal ingin BUMN sebagai pengelola kilang tersebut.
RETNO SULISTYOWATI | MAJALAH TEMPO
Selengkapnya, baca Majalah Tempo edisi Senin, 2 Desember 2019.