Tempo.Co, Jakarta - Manajemen maskapai penerbangan Wings Air kembali membuka lima rute yang sebelumnya sudah ditutup. Kelimanya melingkupi wilayah penerbangan Sulawesi Utara dan Maluku Utara.
"Pengoperasian kembali atau re-operate efektif 1 Desember 2019 dari Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara (MDC) menuju lima kota tujuan di Sulawesi Utara dan Maluku Utara," ujar juru bicara Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro, dalam keterangannya, kemarin.
Adapun kelima destinasi yang dimaksud ialah tujuan Bandara Naha di Kecamatan Tahuna, Bandara Miangas, dan Bandara Melonguane di Kabupaten Talaud. Kemudian, Bandara Kuabang di Kabupaten Halmahera Utara dan Bandara Leo Wattimena di Kabupaten Morotai.
Danang menjelaskan, beroperasinya kembali lima rute Wings Air ini dilakukan untuk mendukung kegiatan pebisnis dan traveler. Dengan begitu, manajemen berharap bakal tercipta pusat-pusat perekonomian baru, seperti potensi ekonomi daerah dari bisnis dan perdagangan.
"Wings Air berharap, beroperasinya kembali dapat mengakomodasi permintaan perjalanan udara. Juga, menyediakan kebutuhan liburan akhir tahun," ucapnya.
Saat ini, Danang menyatakan entitasnya tengah berupaya mendukung pemerintah mengembangkan sektor pariwisata. Khususnya di kawasan sepuluh Bali baru dan lima destinasi super prioritas. Adapun di Maluku Utara, terdapat satu dari sepuluh Bali baru, yaitu Morotai.
Danang sebelumnya menjelaskan entitasnya telah menutup sejumlah rute penerbangan propeler di Indonesia timur. Ia mengklaim penutupan ini terkait dengan tingginya harga avtur yang membuat pengeluaran dari sisi operasional membengkak.
“Avtur, terutama di Indonesia Timur, harganya lebih mahal. Ini membuat cost kami tidak sesuai (dengan pendapatan),” ujar Danang kepada Tempo pada 27 September lalu.
Danang mengatakan harga avtur di Nusa Tenggara Timur, misalnya, menyentuh Rp 9.970 per liter. Sedangkan di Sulawesi Utara mencapai Rp 10.800 per liter. Di Sulawesi Tengah, harga bahan bakar pesawat ini tak jauh beda, yakni Rp 10.080 per liter.
Harga avtur di bandara-bandara Indonesia Timur jauh lebih tinggi ketimbang yang dijual di Jakarta atau Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Di Bandara Soekarno Hatta, kata Danang, avtur hanya dijual seharga Rp 7.970 per liter.
Perihal harga avtur ini sebelumnya sudah dibahas oleh Kementerian Perhubungan bersama Dewan Perwakilan Rakyat dalam rapat kerja pada November lalu. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berjanji bakal melobi Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir untuk merembuk kembali kebijakan harga avtur.
Menurut Budi Karya, tingginya harga avtur menyebabkan sejumlah pesawat menutup rute pulau-pulau kecil di Sulawesi Utara. "Saya sudah hubungi Pak Erick Thohir. Kami akan menggelar rapat pekan ini. Case-nya di Sulawasi Utara pesawat tidak menerbangi beberapa pulau karena avtur," ujarnya dalam rapat kerja, 25 November lampau.
Budi Karya mengakui bahwa harga avtur di dalam negeri lebih mahal ketimbang Singapura. Harga avtur di Jakarta, misalnya, berselisih 25 persen dengan harga di ketimbang harga avtur yang dipatok di Singapura. Adapun harga di pulau lain, seperti daerah timur, 15 persen lebih tinggi dari harga di Jakarta.
Budi Karya meminta Kementerian BUMN menyeimbangkan kembali atau rebalancing harga avtur untuk mendukung operasional maskapai. Apalagi, menjelang Natal dan tahun baru atau masa ramai kunjungan, harga avtur yang tinggi dikhawatirkan bakal berdampak pada peningkatan harga tiket.