TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia kini telah mempunyai empat perusahaan rintisan atau startup berskala unicorn dengan valuasi di atas Rp 10 triliun. Namun ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira menyayangkan bahwa ternyata hanya sedikit sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang bekerja di sana, khususnya di sektor high skill.
"Kita kritik ini, dengan startup booming ini, unicorn booming harusnya lebih banyak tenga kerja ahli yang disebut dengan high skill labor itu berasal dari Indonesia," kata dia di Gedung RRI, Jakarta Pusat, Kamis, 28 November 2019.
Bhima mengatakan, seharusnya para pekerja yang menguasai informasi teknologi berasal dari kampus-kampus dalam negeri. Namun ternyata, justru para perusahaan rintisan lebih banyak mengandalkan pekerja dalam negeri untuk urusan low skill labor dengan tidak ada jenjang karir yang pasti. "Seperti halnya para pengemudi ojek online," ujarnya.
Ia mengungkapkan, ada salah satu perusahaan rintisan yang lebih banyak mengandalkan SDM dari India di sektor teknologi informasi dibandingkan dengan memanfaatkan lulusan kampus dalam negeri. Menurut Bhima hal ini harus dicarikan solusinya, seperti halnya mengubah kebijakan insentifnya.
"Jadi startup yang developernya dari Indonesia R&D (research and development) di kota-kota besar di Indonesia ini yang harus diberikan insentif lebih banyak oleh pemerintah. Misalkan kemudahan mendapatkan izin. Nah sementara startup yang R&D-nya ada di India di Singapura dan segala macam ini harus didorong bagaimana caranya mereka lebih banyak bangun R&D di Indonesia," ungkapnya.
Kemudian, perusahaan rintisan dan pemerintah harus kolaborasi dengan menciptakan inkubasi-inkubasi, serta berikan pelatihan di kampus dan sekolah vokasi terkait pemutakhiran kemampuan sumber daya manusia dalam sektor informasi teknologi.
"Jangan mengeluh tidak siap-siap, selamanya juga enggak akan siap, tapi harus dimulai. Misalnya seperti data analyst kita panggilkan trainer ,kerja sama dengan perguruan tinggi sekolah vokasi, jadi startup itu ambilnya dari situ," ujarnya.
Bhima mengingatkan, jangan ada yang saling menyalahkan terkait SDM Indonesia yang kurang bisa bersaing dengan asing. Yang penting, kata dia, harus ada kerja sama antara pemerintah dan startup untuk membina tenaga kerja dalam negeri.
EKO WAHYUDI